Riyadh (ANTARA News) - Rumiyati (33), seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang disekap majikannya lebih dari sepuluh tahun di Riyadh, Arab Saudi, awal minggu ini berhasil melepaskan diri setelah mendapat pertolongan keluarga Arab yang iba melihat penderitaan gadis asal Desa Kedaung, Kecamatan Dalopo, Madiun itu. Atase Tenaga Kerja KBRI Riyadh, Sukamto Javaladi, kepada ANTARA di Riyadh, Selasa, mengatakan Rumiyati yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga pada keluarga Naif Hassan Musa Zahroni, selama dalam penyekapan tidak pernah memperoleh gaji. "Selama 10 tahun itu ia hanya diperbolehkan menelpon orang tuanya satu kali saja," kata Sukamto, sambil menambahkan Rumiyati berangkat ke Arab Saudi sebagai TKI secara legal tahun 1996. Menurut Rumiyati, sebagaimana disampaikan Sukamto, selama dalam sekapan majikannya, ia sama sekali tidak diperbolehkan keluar dari rumah, namun tidak dipukuli. "Korban mengaku tidak mendapat pelecehan seksual selama disekap," ujar Sukamto. Rumiyati dapat melepaskan diri dari cengkraman majikannya, bermula dari rasa iba seorang tetangga Naif Hasan yang juga memiliki pembantu rumah tangga asal Indonesia. Tetangga yang tidak bersedia disebutkan namanya itu melaporkan penyekapan tersebut ke KBRI sehingga dengan bantuan Polisi Arab Saudi, Rumiyati dibebaskan. Pihak KBRI yang menangani kasus ini sedang mengupayakan agar gaji Rumiyati selama lebih dari 10 tahun dapat dibayarkan. "Besarnya kira-kira 72 ribu riyal. Eks majikannya itu sudah menyatakan bersedia membayar 70 ribu riyal ditambah tiket pulang ke Indonesia," kata Sukamto. Menurut Sukamto kasus Rumiyati terjadi karena para TKI umumnya tidak menyimpan fotokopi kontrak kerja, dan tidak memberi tahu KBRI nama majikannya, atau nomor telepon rumah keluarga majikan. "Disarankan kepada para TKI dan keluarganya di Indonesia memiliki fotokopi dokumen perjanjian kerja, sehingga kalau terjadi masalah dapat diselesaikan dengan cepat," kata Sukamto. Di Arab Saudi saat ini diperkirakan ada sekitar 600 ribu TKI, namun yang tercatat secara resmi hanya sekitar 320 ribu TKI. Mereka umumnya adalah Tenaga Kerja Wanita (TKW). Sekitar 91 persen dari TKI adalah perempuan, bekerja di sektor informal sebagai pembantu rumah tangga, sekitar 2 persen adalah pria, umumnya bekerja sebagai sopir, sedangkan tujuh persen lainnya, bekerja di sektor formal di pabrik baja, hotel, industri perminyakan. Kondisi itu terjadi karena TKI di Arab Saudi umumnya bukan tenaga terdidik, selain itu mereka lemah dalam menguasaan bahasa Inggris. (*)

Copyright © ANTARA 2007