Jakarta (ANTARA News) - Alat berat hilir mudik di Desa Entikong, Sanggau  Kalimantan Barat yang menjadi pintu keluar-masuk resmi ke Malaysia dari Indonesia.

Jalan menuju Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong (semula bernama Pos Pemeriksaan Lintas Batas) yang dulu hanya cukup untuk dua kendaraan berukuran bis saat saling berpapasan, kini dibuat menjadi empat jalur.

Selain itu, jalan menuju Entikong juga dilebarkan dan diperkuat sehingga memudahkan kendaraan untuk lewat.

Januari tahun lalu, Presiden Joko Widodo berkunjung ke Entikong. Ia terkejut melihat Entikong.

"Jika tidak diapa-apain bagaimana bisa berubah, sampai kapan pun kondisi di tapal batas akan tetap seperti ini. Melalui kunjungan ini saya akan mengubah semuanya, baik itu bangunan fisik, jalan, jembatan hingga kepada pelayanan publik," katanya waktu itu.

"Dalam waktu dua tahun perbatasan sudah berubah, jika tidak berubah kita tanya Menteri PU. Maret ini akan segera dilakukan pembenahan dari semua sektor. Desember mendatang saya akan kembali kunjungi perbatasan," kata Presiden.

Membangun Entikong sebagai beranda negara sudah terlihat. Pembenahan dilakukan mulai Agustus. Sedikit meleset dari target semula yakni Maret 2015.

Untuk PLBN Entikong, pembangunan zona inti yang dimulai sejak 11 Agustus 2015 di atas 8,03 hektare dan luas bangunan 19.493 m2 itu dilakukan oleh PT Wijaya Karya dengan nilai proyek Rp152,49 miliar.

Secara keseluruhan, pekerjaan pengembangan pembangunan PLBN Entikong dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona inti, sub inti dan pendukung dengan total lahan yang diperlukan sebesar 12 hektare. Ditargetkan pada Agustus 2016, sudah tuntas. Terutama untuk zona inti.

Dengan pembangunan tersebut, maka kondisi akses masuk ke PLBN Entikong diyakni bakal jauh lebih baik dibanding Tebedu, di sisi Sarawak.

Di sisi Sarawak, tidak tampak adanya perubahan bangunan maupun jalan di pintu keluar masuk mereka. Namun tetap terlihat rapi, teratur dan tidak semrawut.

Selain di pintu keluar masuk negara, pemerintah juga membangun jalan paralel perbatasan. Salah satunya adalah berlokasi di dekat akses ke PLBN Entikong yakni jalan paralel perbatasan ruas Santos - Merau sepanjang 3,75 km yang kemajuan fisiknya sudah mencapai 65 persen.

Jalan paralel perbatasan ruas Santos-Merau dan Balai Karangan - Senaning dibangun dengan nilai kontrak Rp27,9 miliar, dan dikerjakan selama 150 hari.

Lebar semula jalan tersebut hanya 4 meter, sedangkan pekerjaan peningkatan jalan akan melebarkan jalan tersebut menjadi 6 meter dengan total kebutuhan lebar termasuk badan jalan yang bervariasi dari 11 - 20 meter.

Perbaikan Infrastruktur
Tahun ini, sejumlah proyek infrastruktur terus dikebut pembangunannya di Kalimantan Barat. Salah satu yang sudah jadi dan tinggal peresmian adalah Jembatan Tayan.

Jembatan Tayan merupakan jembatan yang melintang di atas Sungai Kapuas, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Jembatan itu menjadi bagian dari Jalan Trans Kalimantan poros selatan yang menghubungkan Kalimantan Barat dengan Kalimantan Tengah.

Keberadaan jembatan tersebut menjadi yang terpanjang di Kalimantan dan nomor dua di Indonesia setelah Suramadu di Jawa Timur.

Jembatan itu memiliki panjang keseluruhan mencapai 1.440 meter. Sementara lebar jembatan adalah tiga jalur kendaraan atau sekitar 11 meter dengan tinggi jembatan dari muka air Sungai Kapuas saat banjir tertinggi 13 meter.

Keberadaan jembatan itu saat ini menjadi salah satu topik menarik di media sosial, dimana cukup banyak masyarakat Kalbar yang memposting foto keindahan jembatan tersebut dimedia sosial.

Kemudian perbaikan ruas jalan antara Simpang Ampar - Sosok juga di Kabupaten Sanggau yang sempat terkendala pembangunannya hampir dua tahun, juga sudah dimulai pengerjaannya. Ruas jalan tersebut digarap sekaligus dalam dua paket.

Untuk jalur jalan Sosok-Tayan sepanjang 41,6 Kilometer (Km) dan Simpang Tanjung-Kota Sanggau sepanjang 37,6 Km, dengan waktu pelaksanaan proyek 1.095 hari atau sekitar tiga tahun dengan masa pemeliharaan 370 hari kalender.

Dananya bersumber dari Asian Development Bank (ADB). Secara keseluruhan, dana yang masuk ke Kalbar dari ADB itu meliputi tiga paket kegiatan dengan total biaya sebesar Rp1,3 triliun. Untuk paket pertama akses jalan dari Sambas menuju Galing tembus ke daerah Aruk di Kabupaten Sambas. Kemudian kedua berada di Singkawang jalur bypass menuju Pemangkat. Menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalbar Jakius Sinyor, kedua proyek tersebut sudah memasuki tahun kedua pengerjaannya.

Sebuah Harapan
Ketua Dewan Adat Dayak Kecamatan Sekayam Aris Haryono mengatakan, selama ini perbatasan sudah sering dikunjungi pejabat dari pusat. Sayangnya kondisi di perbatasan tidak pernah berubah.

Namun tentu saja masih ada harapan seiring kunjungan Presiden Joko Widodo awal tahun ini. Ia pun menyambut baik apa yang dijanjikan Presiden Jokowi.

"Masyarakat berharap blusukan beliau bisa membawa perubahan yang lebih baik lagi bagi beranda terdepan NKRI. Bukan hanya sebatas janji-janji kosong," katanya.

"Dengan kedatangan Presiden Jokowi ke tapal batas bisa membawa angin segar dan mengubah perbatasan Entikong sebagai beranda kebanggaan RI," katanya.

Sementara Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Entikong Yusman H Musfar menuturkan, salah satu yang diharapkan masyarakat perbatasan sebenarnya adalah kepastian hukum. "Terutama dari sisi ekspor impor," kata Yusman. Ia tidak ingin Entikong terus dikenal sebagai daerah masuknya barang ilegal. "Padahal itu hanya karena ketidakjelasan hukum di perbatasan," katanya.

Oleh Teguh Imam Wibowo
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016