Kupang (ANTARA News) - Ketua Lembaga Sensor Film Indonesia Mukhlis Paeni mengatakan beragam kebudayaan Melanesia sudah banyak membantu mengembangkan industri film Indonesia.

"Sudah ada beberapa film di Indonesia berupa budaya Melanesia yang sudah menjadi nilai tambah dalam mengembangkan industri film di Indonesia," katanya saat bedah buku Diaspora Melanesia di Nusantara yang baru diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Kebudayan pada Rabu (28/10) kemarin di Kupang, Kamis.

Sejumlah film yang sudah di putar di layar lebar dan menjadi industri film tersebut di antaranya Denias Senandung di Atas Awan, Melodi Kota Rusa, Tanah Air Beta, Lost in Papua, Atambua 39 derajat celecius, serta Di Timur Matahari.

Disamping itu ada juga beberapa film lagi yakni Cinta Dari Wamena, Cahaya Dari Timur (Beta Maluku), Tanah Mama, serta Epen Cupen the Movie yang diambil dari Youtube.

"Film-film tersebut merupakan hasil kreativitas yang dihasilkan melalui pengolahan deposit budaya Melanesia," tuturnya.

Mukhlis menilai sebagai seorang yang bekerja di lembaga sensor film Indonesia, tambang industri perfilman dari daerah-daerah Melanesia dapat memberikan pemasukan yang banyak.

Selain untuk pengembangan perfilman, lokasi atau daerah di tempat shooting sebuah film juga dapat diperkenalkan kepada masyarakat luas. Misalnya terkait daerah pariwisata dan berbagai hal yang dapat memberikan pemasukan bagi pemerintah daerah.

"Pengetahuan, Mitologi, estetika dan kerajinanan arsitektural yang dimiliki oleh masyarakat budaya Melanesia dapat memberikan nilai tambah ekonomi untuk kesejateraan di suatu daerah," tuturnya.

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015