Kupang (ANTARA News) - Sosialog dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Lasarus Jehamat, menilai fenomena konsumerisme Natal dan Tahun Baru mengancam setiap warga negara yang merayakannya.

"Semua orang nyaris memulai bahkan telah mempersiapkannya segala sesuatu yang sifatnya konsumeristis menjelang Natal dan Tahun Baru sejak beberapa bulan sebelumnya," katanya di Kupang, Jumat.

Sebelumnya, mantan Paus Benediktus XVI sebelumnya mengecam komersialisasi Natal pada saat menyelenggarakan Misa di Basilika St Petrus di Vatikan.

Menurut Lasarus Jehamat, pada ranah sosial, suasana Natal telah membawa orang yang merayakannya pada berbagai macam persiapan.

Mulai dari pembersihan rumah, pembuatan kandang Natal, kegiatan menghiasi lingkungan, pembuatan kue Natal sampai pada pembelian beranekaragam kebutuhan Natal.

Hiruk pikuk di beberapa tempat perbelanjaan merupakan konsekuensi logis dari realitas Natal dalam kultur masyarakat, katanya.

Dalam masyarakat yang bercorak konsumtif tersebut, katanya, orang mendekatkan diri dengan produk-produk industri, glamour, kehampaan dan kekosongan nilai.

"Maka moral yang muncul di sini adalah moral hedonis yang mengedepankan kesenangan individual tanpa memerhatikan relasi sosial dengan manusia lain di sekitarnya yang mengedepankan tanda/simbol ketimbang isi," katanya.

Lasarus Jehamat mengemukakan, dalam keadaan seperti itu, makna Natal lenyap ditelan kekuatan dasyat rezim kapitalisme.

"Implikasi praktis dari kondisi ini adalah munculnya individualitas masyarakat sesuai atribut yang dipakainya seperti pakaian, mobil, handphone, kue Natal, dan lain-lain," katanya.

Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014