Jakarta, 27 Agustus 2014 (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) senantiasa berkomitmen dalam membuka peluang kerja sama dan kran investasi tetap mengalir di sektor kelautan dan perikanan secara terpadu. Hal ini akan sejalan dengan dukungan kebijakan guna menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk menarik investor baru, memfasilitasi mediasi dan promosi dan pengurangan hambatan bagi investor. Industri di sektor kelautan dan perikanan kian strategis dan menjanjikan, karena memiliki keterkaitan dari hulu ke hilir sehingga dengan meningkatnya nilai investasi dapat menggerakkan perekonomian daerah maupun nasional. Pasalnya, selama ini ekonomi kelautan belum menjadi kebijakan strategis nasional, meskipun potensi yang dimiliki sektor ini terbilang sangat besar. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo dalam sambutannya pada acara Marine and Fisheries Expo and Conference 2014 (MFEC) di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Rabu (27/8).

Untuk mendukung hal tersebut, KKP telah menempuh upaya pengembangan, pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan melalui prinsip pendekatan investasi yang berbasis pada investasi kreatif inovatif yang bernafaskan Blue Economy. Mengingat sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu unggulan baru di Indonesia yang realistis dimana potensi produksi yang dimiliki dan permintaan terhadap komoditas produk kelautan terus meningkat. Seperti diketahui, bahwa potensi serta kekayaan sumber daya kelautan dan perikanan Indonesia diperkirakan mencapai Rp 3.000 triliun per tahun dengan nilai aktivitas ekonomi perikanan pada tahun 2013 mencapai Rp 291,8 triliun. "Nilai aktivitas ekonomi tersebut meningkat Rp 36,4 triliun dibandingkan dengan tahun 2012", tegas Sharif.

Sementara itu, menurut hasil proyeksi Balitbang KKP economic size sektor perikanan di tahun 2014 mencapai Rp 337 triliun atau meningkat sebesar Rp 45,2 triliun dibandingkan dengan tahun 2013. Padahal 10 tahun lalu, nilai aktivitas ekonomi perikanan masih di bawah Rp 50 triliun dengan kenaikan rata-rata Rp 4,4 hingga 7,4 triliun per tahun. "Beranjak dari hal tersebut, sektor ini dapat menjadi 'ladang' para investor di dalam pembangunan dan pengembangan industri kelautan dan perikanan secara terpadu dan berkelanjutan di Indonesia", jelas Sharif.

Sementara itu, jika berkaca pada data nilai perdagangan sektor kelautan perikanan pada tahun 2012 lalu, mencapai 3,85 miliar dollar AS. Lalu pada tahun 2013 naik menjadi 4,19 miliar dollar AS. Lebih lanjut, menilik dari sisi penyediaan pangan khususnya produk olahan, tercatat jumlah produk olahan mencapai 5,16 juta ton atau meningkat sebesar 6,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.  "Hal ini menunjukkan kebijakan indutrialisasi yang dicanangkan KKP telah memberikan hasil positif bagi peningkatan produk perikanan nasional", ungkap Sharif.

Bisnis produk perikanan non konsumsi pun mengalami kenaikan tren positif dan memiliki prospek yang menjanjikan secara ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari capaian nilai perdagangan produk perikanan non konsumsi meningkat sebesar Rp 1,789 triliun atau sebesar 119 persen di tahun 2013 dari target sebesar Rp 1,5 triliun. Adapun nilai perdagangan produk non konsumsi terbesar disumbang oleh ikan hias yakni sebesar Rp 819 miliar dan tepung ikan sebesar Rp 611 miliar. "Bersandar dari data tersebut, maka sektor kelautan dan perikanan memiliki peran sangat penting dalam penyediaan bahan pangan dan bahan baku bagi industri, sumber penerimaan devisa, pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat", tegas Sharif.

MFEC AJANG PROMOSIKAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN

Sebagai salah satu upaya mendorong investasi di sektor kelautan dan perikanan, KKP kembali menggelar pameran terpadu sektor kelautan dan perikanan atau Marine and Fisheries Expo and Conference (MFEC) terbesar di Indonesia. "Pameran yang mengusung tema Fisheries for Food Security ini digelar sebagai upaya dalam pengarusutamaan (mainstreaming) sektor kelautan dan perikanan sehingga berkontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia", kata Sharif.

Lebih lanjut Sharif menjelaskan bahwa, promosi berskala internasional ini, bertujuan untuk menginformasikan produk, jasa, teknologi, hasil-hasil pembangunan, peluang usaha dan investasi sektor kelautan dan perikanan kepada masyarakat luas, sekaligus memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-69 tahun 2014. Diperkirakan, ajang bergengsi ini akan dihadiri oleh 10.000 orang pengunjung. Adapun peserta yang turut hadir berasal dari Pemerintah pusat dan daerah, pelaku usaha, akademisi, lembaga swadaya masyarakat di sektor kelautan dan perikanan beserta pendukungnya termasuk Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.

Dalam kegiatan tersebut, nantinya terdapat delapan kegiatan inti, di antaranya Indonesia Aquaculture Expo and Seminar (Indo Aqua), Indonesia Pearl Festival (IPF), Indonesia Seafood Expo (ISE), Indonesian Ornamental Fish Non Edible Product Expo (INOFEX), Lomba Masak Serba Ikan Tingkat Nasional ke-12, serta Business Conference sektor kelautan dan perikanan sebagai tahap pertama. Tak ketinggalan, ajang berskala internasional itu juga akan diikuti pameran Negara anggota D-8 (Developing Eight Countries Expo) yakni, Bangladesh, Mesir, Indonesia, Iran, Malaysia, Nigeria, Pakistan, dan Turki.

Sementara, untuk tahap kedua, akan ada Ocean Investment Summit bertajuk "Indonesia Menuju Negara Maritim yang Maju dan Sejahtera" di bulan September 2014, yang dirangkai dengan Pameran 7 Wahana Ekonomi Maritim meliputi transportasi laut, industri maritim, bangunan laut, jasa kelautan, energi dan sumber daya mineral, perikanan dan pariwisata bahari. Rencananya, kegiatan Ocean Investment Summit dikemas dalam bentuk konferensi kelautan dengan Keynote Speaker Presiden RI. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden RI terpilih dengan menghadirkan para pembicara yang terkait 7 Wahana Ekonomi Maritim yaitu Prof. Dr. BJ. Habibie, Menteri Perhubungan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Menteri Perindustrian, Menteri Riset dan Tekonologi, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Lingkungan Hidup dan Staf Khusus Presiden RI Bidang Ekonomi.

Acara pembukaan MFEC berlangsung hari ini, Rabu (27/8) di JCC Senayan Jakarta. Pada kesempatan tersebut juga dilaksanakan lima penandatanganan kesepakatan bersama. Pertama, kesepakatan bersama antara KKP dengan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Yapen tentang Pengelolaan, Pengembangan dan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan secara berkelanjutan di Kabupaten Kepulauan Yapen. Kedua, kesepakatan bersama antara KKP dengan Yayasan Mutiara Laut Indonesia (YMLI) tentang Pengembangan Mutiara Laut Selatan. Ketiga, kesepakatan bersama antara KKP dengan Kementerian Kesehatan tentang Peningkatan Kesehatan Masyarakat Kelautan dan Perikanan. Keempat, kesepakatan bersama antara KKP dengan Pemerintah Provinsi Maluku tentang Lumbung Ikan Nasional dan terakhir adalah kesepakatan bersama antara KKP dengan Dharma Wanita Persatuan (DWP).

Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Lilly Aprilya Pregiwati, Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2014