Jerusalem (ANTARA News) - Tentara Israel telah menembakkan lebih 1,2 juta bom curah ke Libanon dalam konflik yang berlangsung satu bulan lamanya, surat kabar liberal Haaretz melaporkan, Rabu, dengan mengutip seorang pejabat senior tentara Israel. Pejabat yang tak disebutkan namanya itu melukiskan penggunaan unitnya akan aliran bom yang kontroversial tersebut dalam serangan 34 hari Israel terhadap gerilyawan Hizbullah sebagai "hebat dan dahsyat". "Kami telah menutup seluruh desa dengan bom klaster," kata komandan itu sebagaimana dikutip oleh surat kabar tersebut. Sebanyak 1,2 juta bom curah itu disebut oleh komandan tersebut hanya mencakup aliran bom yang ditembakkan dengan satu Sistim Banyak Peluncuran Roket. Bom curah tambahan ditembakkan dengan mortir ukuran 155 mm ataui dijatuhkan dari udara, katanya. Sejumlah tentara lainnya dikutip dalam tulisan itu mengatakan tentara telah menembakkan granat fosfor untuk mulai menembak di Libanon. Palang Merah Internasional mengatakan, undang-undang internasional telah melarang penggunaan fosfor terhadap manusia. Organisasi HAM internasional telah lama mendukung larangan pada bom curah karena sifatnya yang tidak seimbang dan tidak pandang bulu serta karena angka tidak meletusnya yang tinggi yang menciptakan ladang ranjau yang besar. Seorang jurubicara tentara Israel membantah tentara telah melanggar hukum internasional. "Semua senjata dan amunisi yang digunakan oleh tentara sah menurut hukum internasional dan penggunaannya sesuai dengan standar internasional," katanya dikutip AFP. Dalam 15 hari pertama setelah gencatan senjata 14 Agustus dalam perang Israel-Hizbullah, 52 warga sipil Libanon tewas akibat bom curah yang tak meledak, menurut PBB. Sekjen PBB Kofi Annan telah mengutuk penggunaan bom klaster oleh Israel itu dan badan dunia tersebut memperkirakan bahwa sebanyak 40 persen bom seukuran apel yang telah ditembakkan ke Libanon gagal meledak. Marc Garlasco, seorang pengamat senior militer Human Rights Watch yang bermarkas di New York, mengatakan bahwa bom curah Israel yang digunakan di Libanon "telah dibawa ke satu tahap baru", dalam kunjungan ke Libanon selatan, sebagai akibat segera dari perang itu. "Saya belum pernah di manapun tempat saya melihat sejumlah bom yang tak meledak bertebaran," Garlasco, bekas pengamat Pentagon, mengatakan pada pertengahan Agustus. Konvensi Jenewa telah melarang digunakannya senjata yang tidak melewati percobaan secara proporsional.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006