Makassar (ANTARA News) - Gelar akademik yang saat ini disandang di depan nama mantan Presiden Habibie sudah tidak terbilang banyaknya, selaras dengan kepakarannya, terutama di bidang teknologi. Namun, pria bernama lengkap Prof Dr Ing Baharuddin Jusuf Habibie itu, tak henti-hentinya dianugerahi gelar akademik kehormatan dari berbagai universitas baik dalam maupun luar negeri. Seperti yang baru-baru ini terjadi, pria berumur 70 itu kembali mendapat anugerah gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) dari Universitas Hasanuddin (Unhas) dalam bidang teknologi dan peradaban. Bertempat di Baruga Andi Pettarani, "kampus merah" Tamalanrea Unhas, Habibie menerima gelar Doktor kehormatan pada Dies Natalis ke-50 Unhas. Gelar Doktor HC ini merupakan yang kelima diberikan Unhas kepada tokoh bangsa, sejak berdirinya pada 10 September 1956. Empat gelar doktor HC sebelumnya diberikan kepada Presiden pertama RI, Ir. Soekarno untuk di bidang politik dan interelasi bangsa-bangsa, mantan Wakil Presiden Muhammad Hatta dalam bidang ekonomi koperasi, Chaerul Saleh pada bidang peran pemuda dalam pembangunan dan mantan Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela di bidang perdamaian dan peradaban. Menurut Ketua Tim Promotor prosesi penganugerahan doktor kehormatan Unhas, Prof Dr H Halide, Unhas hanya memberi gelar kehormatan kepada seseorang yang telah berjasa luar biasa bagi pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayan dan peradaban. Sekurang-kurangnya ada tujuh pertimbangan tim promotor yang diprakarsai mantan Rektor Unhas, Prof Dr Ir Rady A Gani untuk menganugerahan gelar kehormatan, antara lain memiliki kecemerlangan dan kemampuan intelektual yang tinggi, berbudi luhur, serta memiliki integritas kepribadian yang patut diteladani. Habibie, ilmuwan multidimensional yang kepakarannya diakui dunia, pada 1974 kembali ke Indonesia, setelah menyelesaikan studi dan malang melintang berkerja di negeri idamannya Jerman. Ia kembali ke Tanah Air untuk memenuhi panggilan Ibu Pertiwi, dan bertekad mencerdaskan dan mengangkat derajat bangsanya dalam bidang teknologi. Kepakarannya di bidang teknologi kedirgantaraan ketika itu memperoleh penghargan "Edward Wamer Award" (ICAO) pada level individu, sedangkan pada tingkat kerjasama multi negara dia mendapat anugerah "Theodore Von Karman Award" (ICAS) di Bejing 1992. Puncak anugerah yang diperoleh BJ. Habibie, putera kelahiran Parepare 25 Juni 1936, adalah pentasbihan dunia internasional sebagai orang yang memiliki kemampunan mengkombinasikan profesi "Scientist, Engineer dan Manager", Gelar Doktor kehormatan tersebut diserahkan Rektor Unhas Prof. DR dr Idrus Patturusi dalam rapat senat terbuka luar biasa Unhas yang disaksikan Wakil Presiden HM Jusuf Kalla, Gubernur Sulsel HM. Amin Syam dan ribuan hadirin. BJ Habibie yang mantan Presiden RI dan tokoh reformasi Indonesia itu menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Beberapa Catatan Mengenai Iptek, Budaya dan Peradaban". Menanggapi kondisi negeri yang tak kunjung keluar dari jerat krisis, Habibie mengajak seluruh bangsa agar menghadapi lika-liku, dan pasang surut perjuangan bangsa dengan tenang, bijaksana dan berbudaya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006