Jakarta (ANTARA News) - Earth Hour, gerakan mematikan lampu selama 60 menit yang digagas oleh World Wide Fund (WWF), bukan sekedar tidak menyalakan lampu dalam kurun waktu tersebut.

Direktur Komunikasi dan Advokasi WWF-Indonesia Nyoman Iswarayoga berpendapat mematikan lampu selama satu jam bisa dijadikan sebagai gaya hidup.

"Earth Hour bukan cuma mematikan lampu. Tapi, bagaimana komitmen untuk menjadikannya gaya hidup," kata Nyoman saat jumpa pers mengenai kampanye Earth Hour, Kamis.

Menghemat pemakaian listrik selama satu jam itu menurutnya bukan hal yang sulit untuk dilakukan. Tetapi, percuma bila penghematan tersebut hanya dilakukan saat Earth Hour dan tidak diteruskan dalam kehidupan sehari-hari.

Nyoman mengatakan pihaknya tidak mencatat berapa besar penghematan listrik yang dihasilkan gerakan tersebut tahun lalu. Ia mengetengahkan bagaimana aksi Earth Hour menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari.

Untuk itu, WWF-Indonesia memberdayakan pemuda berusia 18--35 tahun dalam gerakan tersebut dengan tujuan usia tersebut dapat menjangkau usia yang lebih muda atau bahkan yang tua.

Nyoman mengatakan tahun ini sebanyak 32 kota di Indonesia terlibat menggerakan misi Earth Hour. Kota tersebut antara lain Jakarta, Bogor, Bekasi, Bandung, Semarang, Depok, Balikpapan, Pontianak, Tangerang, Malang, Sidoarjo Kediri, Jogja, Solo, dan Surabaya.

Kota-kota tersebut akan melaksanakan aksi serentak Earth Hour 2014 setiap akhir pekan, mulai 16 Februari. Aksi tersebut bertema transportasi alternatif, diet kantong plastik, hemat kertas dan tisu, dan air dan energi.

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014