Bangkok (ANTARA) - Wakil Perdana Menteri dan Menteri Perdagangan Thailand Phumtham Wechayachai pada Senin (13/5) mengatakan pemerintah ingin menjual stok terakhir beras berumur satu dekade.

Phumtham mengatakan bahwa dia ingin melelang beras yang tersisa dari skema penjaminan beras yang kontroversial pada pemerintahan mantan Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra, sehingga pemerintah setidaknya dapat memperoleh sejumlah uang, demikian menurut laporan Bangkok Post.

Phumtham menegaskan, hal itu lebih baik daripada membiarkan beras membusuk hingga tidak ada nilainya.

Phumtham mengklaim jika kualitas beras ditingkatkan dengan menggunakan teknologi modern maka akan aman untuk dikonsumsi.

Hal tersebut menanggapi kekhawatiran akan adanya aflatoksin pada beras berumur satu dekade yang dapat menyebabkan kanker.

Terkait hal ini, pada hari yang sama, Menteri Pertahanan Thailand Sutin Klungsang membantah laporan bahwa kementeriannya akan membeli beras berusia satu dekade tersebut untuk memberi makan tentara.

Sebelumnya, Perdana Menteri Srettha Thavisin mengatakan bahwa pemerintah akan mengirimkan sampel beras berusia satu dekade tersebut untuk diuji di laboratorium guna memastikan keamanannya.

Seorang ahli kimia organik terkenal yang diminta oleh media untuk menguji sampel yang diambil dari Surin mengatakan dia menemukan aflatoksin pada beras. Aflatoksin dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker hati.

Sumber: VNA-OANA
Baca juga: BPS: Vietnam dan Thailand jadi pemasok utama beras ke Indonesia
Baca juga: Ekspor beras Thailand naik 11,9 persen pada Januari-Agustus
Baca juga: Ekspor beras India dapat melonjak karena efek kekeringan di Thailand

Penerjemah: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024