Kalau teman-teman lihat pasca-Ramadhan dan Idul Fitri, kita melihat adanya tren penurunan dari belanja.
Jakarta (ANTARA) - Mandiri Spending Index (MSI) meningkat ke level 206,7 selama triwulan I tahun 2024, atau lebih tinggi daripada level 199,1 dibandingkan triwulan IV tahun 2023.

“Kalau teman-teman lihat pasca-Ramadhan dan Idul Fitri, kita melihat adanya tren penurunan dari belanja. Sebetulnya, kalau kita lihat siklus setelah Ramadhan dan Idul Fitri ini juga terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Jadi ini adalah situasi normalisasi dari belanja masyarakat,” kata Head of Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono dalam agenda rutin Mandiri Macroeconomic Outlook secara virtual, di Jakarta, Selasa.

Kendati begitu, ujarnya pula, ada dinamika menarik dari tingkat konsumsi jika dilihat berdasarkan wilayah. Khusus Pulau Bali dan Nusa Tenggara, tingkat belanja terus meningkat dari pra hingga pasca-Idul Fitri, sementara wilayah lain seperti Kalimantan mengalami normalisasi belanja cukup dalam.

Berdasarkan kategori belanja, consumer goods mengalami perlambatan lebih dalam dibandingkan kelompok lain, terutama pada subkelompok belanja kebutuhan sehari-hari (supermarket) dan yang terkait fesyen.

Beberapa subkelompok belanja cenderung mengalami peningkatan pascalibur Idul Fitri, seperti bahan bakar minyak (BBM), airlines, hotel, dan hiburan (entertainment), sedangkan food and beverages serta retail (yang umumnya merupakan belanja online) relatif stabil hingga awal bulan Mei 2024.

“Belanja di triwulan pertama masih relatif solid dan ini juga ditunjukkan oleh data di pengeluaran konsumsi rumah tangga secara nasional dari GDP (Gross Domestic Product) kita terakhir. Kalau kita lihat memang secara triwulan, kalau kita bagi restoran, groceries, dan fesyen, pertumbuhan tertinggi itu terjadi di groceries. Kita bisa lihat bahwa indeks di triwulan pertama 2024 itu mencapai 454,7 untuk belanja groceries ataupun supermarket. Restoran relatif cukup tinggi (251,7), tetapi fesyen (178,1) memang peningkatannya tidak sedrastis groceries maupun restoran,” ujar Yudo lagi.

Selain itu, terjadi kenaikan belanja di pekan kedua menjelang pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) sebanyak 7,1 persen dan semakin meningkat seminggu sebelum Idul Fitri sebesar 16,5 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, masing-masing 4,6 persen dan 12,8 persen.

Perilaku belanja selama periode Ramadhan-Idul Fitri tahun 2024 juga berbeda dibandingkan tahun 2023. Pada periode sebelumnya, belanja terkait pembelian tiket airlines mendominasi nilai belanja per kapita sebesar 16,9 persen year on year (yoy), sedangkan tahun ini belanja terkait transportasi darat seperti kereta mencapai hingga 60,6 persen yoy.

Yudo juga melihat bahwa belanja di daerah tujuan dan liburan tumbuh lebih tinggi selama mudik dan libur Idul Fitri 2024 yang disebabkan antara lain kemudahan teknologi seperti digitalisasi sektor perbankan.

“Kita bisa lihat spending di daerah-daerah tujuan mudik itu meningkat drastis, seperti misalnya di Jawa Tengah, kemudian juga di Sumatera, Kalimantan, dan juga Sulawesi, lalu terus berlanjut hingga periode libur Idul Fitri. Sementara di daerah utama asal pemudik menjadi kontraksi karena memang banyak mereka yang bergeser,” ujarnya lagi.

Meninjau berdasarkan kelompok pendapatan, pertumbuhan belanja kelompok bawah di 2024 lebih rendah dibanding 2023, yakni dari 9,8 persen menjadi 8,9 persen. Adapun kelompok penghasilan menengah dan atas mengalami peningkatan, yaitu 9,2 persen dari 8,3 persen dan 7,1 persen dari sebelumnya 4,3 persen.
Baca juga: Mandiri Institute catat tingkat belanja kini tertinggi sejak pandemi

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024