Para pedagang menunggu rilis data inflasi AS terbaru, yang kemungkinan akan menentukan sentimen jangka pendek mengenai potensi penurunan suku bunga.
Jakarta (ANTARA) -
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan di Jakarta, Selasa, ditutup melemah di tengah pasar menantikan data inflasi Amerika Serikat (AS).
 
Pada akhir perdagangan, kurs rupiah merosot 19 poin atau 0,12 persen menjadi Rp16.100 per dolar AS dari sebelumnya yang sebesar Rp16.081 per dolar AS.
 
"Para pedagang menunggu rilis data inflasi AS terbaru, yang kemungkinan akan menentukan sentimen jangka pendek mengenai potensi penurunan suku bunga," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi kepada ANTARA di Jakarta.
Ibrahim menuturkan para analis memperkirakan laporan indeks harga konsumen (CPI) yang penting pada Rabu akan menunjukkan kenaikan inflasi sebesar 3,6 persen dari tahun ke tahun, yang akan menjadi kenaikan terkecil dalam tiga tahun terakhir.
 
Selain itu, pasar gelisah terhadap Tiongkok setelah pengembang properti besar lainnya, dalam hal ini Agile Group Holdings Ltd gagal membayar obligasinya.

Gagal bayar tersebut sebagian besar mengimbangi optimisme atas membaiknya inflasi di Tiongkok, serta pengumuman Beijing baru-baru ini mengenai rencana penerbitan obligasi besar-besaran senilai 1 triliun yuan.
 
Kemerosotan pasar properti yang berkepanjangan telah menjadi titik tekanan utama terhadap perekonomian Tiongkok, meskipun ada upaya berulang kali dari Beijing untuk mendukung sektor ini. Sejumlah kota besar di Tiongkok telah melonggarkan pembatasan pembelian rumah dalam dua pekan terakhir.

Baca juga: Rupiah melemah di tengah volatilitas di pasar uang
 
Di sisi internal, surplus neraca perdagangan Indonesia pada April 2024 diperkirakan menyusut dibandingkan dengan capaian surplus pada bulan sebelumnya, berada di kisaran 3,5 miliar dolar AS hingga 4 miliar dolar AS. Penyebabnya memperkirakan kinerja baik ekspor maupun impor akan mengalami penurunan pada April 2024.
 
Surplus yang menyusut terutama dipengaruhi oleh ketidakpastian perekonomian di global, juga hari kerja yang lebih pendek di dalam negeri karena libur Lebaran. Lebih lanjut, penyusutan surplus juga akan dipengaruhi oleh penurunan nilai ekspor yang lebih besar dibandingkan impor.
 
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai 4,47 miliar dolar AS pada Maret 2024. Surplus tersebut terutama berasal dari sektor nonmigas sebesar 6,51 miliar dolar AS, tapi tereduksi oleh defisit sektor migas senilai 2,04 miliar dolar AS.
 
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa turun ke level Rp16.131 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.085 per dolar AS.
 
 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2024