Maros (ANTARA) - Bupati Maros HAS Chaidir Syam meminta pihak terkait menelusuri penyebab kematian ikan di muara Sungai Marana, Kecamatan Lau, Kabupaten Maros yang diduga disebabkan toksik atau racun dari zat kimia.

"Kami sudah menerima laporan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan Maros yang telah melakukan uji sampel pada air dan ikan mati," kata Chaidir di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Senin.

Dia mengatakan, dari hasil uji sampel itu tidak ada indikasi bakteri berpendar ditemukan di perairan tersebut yang berpotensi menimbulkan penyakit pada organisme akuatik.

Karena itu, lanjut dia, kematian ikan massal diasumsikan bukan terjadi karena aspek penyakit, tapi diduga karena toksik.

Dugaan sementara penyebab kematian ikan adalah adanya toksik dalam jumlah konsentrasi yang besar masuk ke dalam perairan itu.

Sementara kuat dugaan zat toksik ini muncul bukan karena proses alamiah dalam perairan.

Dengan demikian, lanjut dia, ada perubahan lingkungan sungai yang mengakibatkan kematian, bukan berasal dari aktivitas budidaya di tambak. Justru para pembudidaya perlu waspada untuk memasukkan air dari sungai ke tambak-tambak mereka.

Selama kegiatan sampling, diketahui kejadian di muara Sungai Marana terjadi pada saat pasang.
Dalam hal ini ikan-ikan yang mati berasal dari pesisir yang masuk ke muara sungai.

Baca juga: DLH jelaskan ribuan ikan mati di Pantai Ternate

Sementara jenis-jenis ikan yang mati yang ditemukan secara umum adalah jenis ikan muara, bukan jenis ikan yang dipelihara di tambak warga.

Hal itu dibenarkan salah seorang petambak di Desa Marannu, Kecamatan Lau, Maros, Mustari.

Dia mengatakan, ikan yang banyak ditemukan mati adalah ikan yang hidupnya di muara sungai, bukan yang dari tambak. Namun kalaupun ada ikan di tambak yang ikut mati, boleh jadi karena ada ikan muara yang masuk ke tambak saat pasang dan mencemari ikan lainnya.
Ilustrasi muara sungai di Kabupaten Maros. Antara/ Suriani Mappong

Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024