Padang Pariaman (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendukung upaya mitigasi bencana diterapkan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat karena melibatkan secara aktif masyarakat sekaligus memadukan dengan kearifan budaya setempat.

"Melihat dari dua faktor tersebut Sumatera Barat jadi provinsi yang kami nilai sudah paling siap menghadapi bencana alam," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam rapat koordinasi dengan Gubernur Sumatera Barat terkait banjir lahar hujan dan longsor di Kota Padang, Senin.

Menurut dia, salah satu contoh upaya pemerintah dalam menumbuhkan peran aktif masyarakat itu dibuktikan setelah Sumatera Barat memiliki forum koordinasi kebencanaan yang tersebar hampir di setiap kabupaten dan kota.

Anggota forum koordinasi tersebut masing-masing terdiri atas unsur pemerintah daerah, akademisi, lembaga swasta, organisasi kepemudaan, relawan, tokoh masyarakat, bahkan hingga jenjang rukun warga.

Dalam beberapa tahun terakhir, ia menyebutkan BMKG terlibat aktif dengan forum-forum kebencanaan.

Oleh karena itu, hasil analisis prakiraan cuaca harian atau potensi dini bencana yang diterbitkan oleh BMKG bisa dengan cepat menjangkau masyarakat.

"Peran aktif masyarakat dalam mitigasi bencana adalah kunci utamanya yang sudah sepatutnya mendapat didukung terus," ujarnya.

Baca juga: Gubernur Sumbar ajak masyarakat shalat ghaib untuk korban banjir

Terlebih dalam rapat koordinasi, Gubernur Sumatera Barat  Mahyeldi juga mengungkapkan komitmen untuk melestarikan kearifan lokal yang berkaitan dengan menjaga kelestarian lingkungan misalnya memanfaatkan aliran sungai sebagai embung ikan, hutan adat, dan gotong royong.

"Bahkan telah memprogramkan normalisasi sejumlah aliran sungai karena mengalami pendangkalan, khususnya di wilayah rawan bencana," kata dia.

Hanya saja, dia menilai, dibutuhkan kesiapsiagaan secara ekstra dan pengambilan keputusan cepat dalam merespons tanda alam bila ingin memperkecil dampak bencana di "Ranah Minang" --sebutan untuk Sumatera Barat ini.

Sumatera Barat rentan bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, gunung meletus, gempa bumi, dan tsunami.

Berdasarkan data BMKG, hal itu dikarenakan Sumatera Barat memiliki bentang alam yang lengkap mulai dari dataran tinggi hingga dataran pesisir, letak geografis menghadap Samudera Hindia, termasuk dilintasi sesar besar daratan Sumatra.

"Terlebih tidak ada zona musim di Sumatera Barat sehingga hampir sepanjang tahun selalu diguyur hujan sedang-lebat, semua bisa terjadi sewaktu-waktu, bahkan jadi kesiapsiagaan merespons tanda alam harus pula diasah," ujarnya.

Baca juga: TNI AL kirim satgas bantu SAR korban banjir bandang Gunung Marapi

Pusdalops Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan hingga Minggu (12/5) tercatat total korban meninggal dunia akibat bencana di Sumatera Barat mencapai 37 orang.

Dari jumlah tersebut, 35 jenazah berhasil diidentifikasi dengan rincian di Kabupaten Agam 19 orang, Kabupaten Tanah Datar sembilan orang, Kabupaten Padang Panjang dua orang, dam Kabupaten Padang Pariaman tujuh orang, sementara dua jenazah lainnya masih dalam proses identifikasi.

Jumlah orang yang dilaporkan hilang 17 orang, masing-masing 14 orang dari Kabupaten Tanah Datar dan tiga lainnya dari Kabupaten Agam. Lebih dari 200 warga mengungsi dan lebih dari 100 rumah serta puluhan fasilitas publik rusak.

Bencana juga menimbulkan tanah longsor hingga memutus jalan dan melumpuhkan arus lalu lintas, di antaranya di Malalak Kabupaten Agam (jalan penghubung Padang-Bukit Tinggi), Sitinjau Lauik Kabupaten Tanah Datar (jalur penghubung Padang-Solok), Jalan Lembah Anai (jalur penghubung Bukit Tinggi-Padang), Kelok Sembilan.

Baca juga: PMI salurkan bantuan bagi korban banjir di Sumbar
Baca juga: Pemkab Agam tetapkan darurat siaga bencana banjir bandang

Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024