Batuannya sangat tua, diperkirakan terbentuk semasa Jurassic Park dan sangat stabil,"
Pangkal Pinang (ANTARA News) - Usia batuan yang membentuk pulau Bangka sangat tua, diperkirakan dari masa Jurassic sekitar 200 juta tahun lalu, sehingga sangat stabil dan sesuai untuk dijadikan tapak Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

"Batuannya sangat tua, diperkirakan terbentuk semasa Jurassic Park dan sangat stabil," kata Kepala Bidang Pengkajian Kelayakan Tapak PLTN Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Kurnia Anzhar di calon tapak PLTN di Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok, Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung, Minggu.

Menurut dia, Pulau Bangka merupakan sambungan dari daratan Semenanjung Malayu yang usianya sangat tua, berbeda dengan Pulau Sumatera yang terbentuk dari batuan muda.

Pemilihan Bangka Barat dan Bangka Selatan sebagai calon tapak PLTN, ujar dia, selain karena letaknya di pulau dengan kondisi batuan yang stabil sehingga peluang kegempaannya rendah, juga paling dekat dengan Sumatera, sehingga akan lebih efisien untuk membangun jaringan listrik untuk kebutuhan Sumatera-Jawa-Bali.

Kurnia mengatakan, pada akhir 2013 ini Batan telah menyelesaikan studi kelayakan tapak PLTN yang dirisetnya sejak 2011 dari berbagai sisi, seperti sisi kegempaan (geologi), topografi, meteorologi, oseonografi dan demografi.

"Untuk kegempaan ada 10 lokasi yang dipelajari, delapan di Pulau Bangka dan dua lagi di Sumatera Selatan. Kandungan batuan diteliti dengan mengebor 25 lubang, hingga kedalaman 80 meter di bawah permukaan laut," katanya sambil menunjukkan peti-peti berisi batuan hasil pengeboran yang telah diteliti dalam gudang penyimpanan.

Sedangkan dari sisi topografi lokasi tapak ini dekat pantai di Selat Bangka dengan ketinggian dari muka laut rata-rata 40 meter yang sesuai dengan syarat lokasi PLTN.

Demikian pula dari sisi meteorologi, angin di lokasi maksimal 109 km per jam dan dari sisi oseonografi, tinggi gelombangnya maksimal dua meter, ujarnya.

Sedangkan dari sisi demografi, calon tapak di Bangka Barat ini jauh dari kepadatan penduduk, di mana PLTN harus menghindari jumlah penduduk sampai 25.000, katanya. (*)

Pewarta: Dewanti Lestari
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013