Awalnya, video-video itu diproduksi sendiri oleh para penyandang disabilitas di Jakarta..."
Surabaya (ANTARA News) - Organisasi Perburuhan Internasional (International Labour Organization/ILO) bekerja sama dengan Yayasan Kampung Halaman (YKH) segera meluncurkan video catatan harian (diary) tentang penyandang disabilitas.

"Video diary yang diluncurkan di Tunjungan XXI, Tunjungan Plasa Surabaya, pada 9 Desember 2013 itu berkisah tentang akses atas pekerjaan dan fasilitas umum," kata Wakil Direktur ILO di Indonesia, Michiko Miyamoto, di Surabaya, Sabtu.

Didampingi Ketua YKH, Dian Herdiany, ia menjelaskan bahwa peluncuran video partisipatori itu merupakan bagian dari kampanye bertajuk "SAMA: Ruang, Peluang dan Perlakuan untuk Penyandang Disabilitas" untuk memperingati Hari Penyandang Disabilitas Internasional.

"Awalnya, video-video itu diproduksi sendiri oleh para penyandang disabilitas di Jakarta dengan menampilkan dua hak penting penyandang disabilitas, yakni hak atas pekerjaan dan fasilitas umum yang layak," katanya.

Dengan menggunakan kata-kata dan pilihan gambar mereka sendiri, video-video itu merekam keseharian, perjuangan, perjalanan dan harapan para penyandang disabilitas.

"Video-video ini terdiri dari dua video dengan durasi keseluruhan 30 menit," katanya.

ILO percaya bahwa video parsitipatori tersebut akan lebih meningkatkan kesadaran tentang disabilitas dan rasa prioritas masyarakat, khususnya di antara para pembuat kebijakan.

"ILO meyakini kesadaran semacam itu akan membantu memerangi stigma dan diskriminasi terhadap penyandang disabilitas dan perlindungan hak mereka atas pekerjaan dan fasilitas umum yang layak untuk mewujudkan partisipasi penuh, serta sejajar dalam segala bentuk kegiatan masyarakat," katanya.

Adapun Dian Herdiany menjelaskan, pembuatan video partisipatori ini melibatkan 19 penyandang disabilitas penglihatan, pendengaran dan fisik. Mereka terlibat dalam proses pelatihan dan pendampingan selama satu bulan selama Oktober.

"Selama masa pelatihan dan pendampingan, para pekerja anak secara mandiri mengidentifikasi pengalaman, kesulitan, harapan dan aspirasi mereka dengan menggunakan metode video diary," katanya.

Metode video diary dapat membantu peserta mengenali pengalaman hidupnya selama ini untuk kemudian disikapi secara bebas dan diolah menjadi alat advokasi personal maupun kelompok.

"Kami harapkan video ini dapat membantu menghapuskan segala bentuk hambatan yang dihadapi penyandang disabilitas, dari sikap, fisik, ekonomi dan budaya," ujarnya.

Ia menimpali, "Akan membantu masyarakat luas belajar mendengarkan dan memahami suara dan cara pandang penyandang disabilitas tentang pekerjaan dan kehidupan mereka selama ini."

Video diary
itu, menurut dia, memiliki keunikan peserta dari berbagai bentuk disabilitas yang berbeda, namun mereka harus saling bekerja sama dibimbing para mentor yang memberi arahan selama kurang lebih sebulan.

"Ini merupakan pengalaman yang luar biasa, dan saya berharap video-video ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama para pembuat keputusan tentang disabiltias," kata Yudhi Hermawan, tuna netra yang terlibat dalam pembuatan video diary.

Laura Wijaya, tuna rungu peserta video diary, mengemukakan pentingnya pengakuan atas bahasa isyarat.

"Melalui video-video ini, saya berharap masyarakat dapat lebih memahami pentingnya bahasa isyarat bagi orang dengan disabilitas pendengaran," katanya.

Selain video diary, suara dan aspirasi, para peserta pun didokumentasi dalam video kegiatan mereka di belakang layar (behind the scene).

Peluncuran video diary itu diawali di Jakata pada 5 Desember di Jakarta, kemudian di Yogyakarta dan Semarang (11 dan 18 Desember).

ILO dalam proyek tersebut didukung Better Work Indonesia (BWI), sebuah kemitraan antara ILO dengan International Finance Corporation (IFC) yang bertujuan meningkatkan standar ketenagakerjaan dan meningkatkan daya saing industri garmen di Indonesia. (*)

(T.E011/B/F002/F002) 07-12-2013 14:51:21

Pewarta: Edy M. Ya`kub
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013