Kalau kita bangun sawah baru itu butuh satu, dua bahkan tiga tahun, tapi kalau pompa ini bisa meningkatkan produksi secara cepat
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian (Kementan) mengawal sistem pompa di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, guna meningkatkan produktivitas pertanian di daerah tersebut, yang sebelumnya terdampak fenomena El Nino.

"Sistem pompa ini solusi cepat menangani El Nino karena bisa membantu petani menanam, berproduksi cepat dan maksimal. Kalau kita bangun sawah baru itu butuh satu, dua bahkan tiga tahun, tapi kalau pompa ini bisa meningkatkan produksi secara cepat," kata Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian Kementerian Pertanian Leli Nuryati dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.

Leli menuturkan Jawa Tengah menjadi salah satu fokus Kementan dalam program perluasan areal tanam (PAT) yang salah satunya Kabupaten Boyolali yang memiliki potensi lahan tadah hujan dan budi daya padi gogo cukup luas.

Menurut dia, Boyolali memiliki potensi lahan tadah hujan seluas 10.635 hektare dan padi gogo lahan kering sekitar 209 hektare. Lahan tersebut dapat dioptimalkan indeks pertanaman padinya dengan bantuan pompa.

Data tersebut didapat setelah pihaknya menggelar Rapat Koordinasi Akselerasi Program Pertambahan Area Tanaman Kabupaten Boyolali, pada Kamis (25/4/2024). Dengan potensi tersebut, Boyolali mendapat alokasi sebanyak 53 unit dari total alokasi irigasi pompa di Jawa Tengah sebanyak 894 unit. Sedangkan, bantuan benih padi gogo sebanyak 1.895 kg.

"Berdasarkan hasil koordinasi tim Dinas Pertanian dan Kementerian Pertanian, ada penyesuaian sesuai lokasi dan kondisi di lapangan," katanya.

Leli mengatakan pemerintah telah menetapkan beberapa persyaratan teknis dalam program bantuan pompa. Pertama, terdapat sumber air baik air permukaan berupa sungai, mata air, saluran pembuang, maupun air tanah yang tersedia sepanjang tahun.

Kedua, lokasi kegiatan irigasi pompa adalah pada lahan sawah tadah hujan dan atau sawah yang sering kekurangan air irigasi. Jadi ada potensi lahan kering yang bisa dioptimalkan, khususnya dengan memperhatikan curah hujan dan sumber air untuk kegiatan penanaman.

"Dengan demikian dapat dilakukan PAT pada musim kedua yakni April-Juni," ujar Leli.

Ia menambahkan persyaratan teknis lainnya adalah jarak dan ketinggian sumber air ke lahan memungkinkan untuk di pompa.

Selain itu, lokasi diprioritaskan pada lahan tadah hujan dengan IP 0-1 atau sawah dengan IP di bawah 2 yang berpotensi untuk peningkatan IP dengan komoditas padi.

"Karena itu, kami berharap dengan koordinasi ini, kita dapat mengakselerasi kegiatan PAT," kata Leli.

Sementara itu, Tenaga Ahli Menteri Pertanian Astu Unadi mengingatkan kepada Pemkab Boyolali bahwa program PAT berbeda dengan program luas tambah tanam (LTT). Untuk PAT merupakan program penambahan areal tanam sebagai dampak dari bantuan pompa.

"Saya melihat kabupaten di Jawa Tengah ada kerancuan PAT dan LTT. Mungkin akan terjadi juga di Boyolali. PAT dan LTT penganggarannya berbeda. Jadi saya ingatkan jangan sampai salah yang kemudian berakibat ke depannya," kata Astu yang pernah menjabat sebagai Kepala Balai Besar Mekanisasi Pertanian itu.

Astu mengatakan target program PAT adalah sawah yang dekat dengan sumber air permukaan, sungai, embung dan sumber air pembuangan. Jadi lahan yang semula Indeks Pertanaman (IP) hanya IP 1 atau di bawah 1, harapannya bisa meningkat menjadi IP 2 dan 3.

"Jadi PAT targetnya lahan tadah hujan, bukan irigasi. IP-nya yang semula 1 naik menjadi 2, bahkan 3," tegasnya.

Ia mengatakan pemerintah mendorong PAT karena dampak El Nino sangat signifikan terhadap penurunan produksi padi. Bahkan tahun 2023, Indonesia terpaksa mengimpor beras sebanyak tiga juta ton.

"Karena itu, Presiden meminta kepada Menteri Pertanian untuk menghentikan impor," katanya.

Pemerintah lanjut Astu, kemudian mencanangkan tiga program. Pertama, optimalisasi lahan rawa pasang surut dan lebak seluas 1 juta hektare. Kedua, pompanisasi di Jawa targetkan 500 ribu hektare, di luar Jawa 500 ribu hektare. Ketiga, perluasan penanaman padi gogo, terutama sebagai tanaman sisipan di lahan perkebunan.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali Joko Suhartono mengapresiasi program PAT sebagai langkah untuk mengantisipasi El Nino. Dengan luas sawah baku 22.467 hektare pada tahun 2023 Kabupaten Boyolali surplus 35 ribu ton beras.

"Alhamdulillah dalam situasi El Nino, kita bisa surplus. Hitungannya dalam lima bulan ke depan, stok beras kita masih aman dengan kebutuhan 8.000 ton/bulan. Apalagi Tahun 2024, akan ada tambahan bantuan pompa" katanya.

Namun demikian Joko berharap, program pompa tersebut juga dikoordinasikan dengan kalangan petani, baik kelompok tani maupun gabungan kelompok tani. Pasalnya, di wilayah Boyolali bagian utara, petani yang berada di lahan kering sudah terbiasa menanam komoditas lain, khususnya jagung saat musim kemarau.

"Petani pasti akan berpikir ulang untuk menanam padi saat musim kemarau, karena mereka terbiasa menanam jagung. Apalagi kemudian keuntungan menanam padi lebih sedikit dibandingkan jagung," ujarnya.

Joko berharap pula ada evaluasi tindak lanjut program PAT dengan pompa tersebut. Pasalnya, lokasi sawah yang dekat waduk dan sumber air lainnya seperti waduk, umumnya saat musim kemarau tidak ada air, sehingga untuk menyedot air dengan pompa juga akan sulit.

Untuk itu, ia mengusulkan sebaiknya pemerintah membantu sumur pantek di lokasi lahan kering, karena sumber airnya tidak tergantung hujan.

Baca juga: Kementan realisasikan bantuan pompa 262 unit untuk petani Lebak
Baca juga: Kementan beri bantuan pompa air untuk 35 kabupaten/kota di Jateng
Baca juga: Kementan distribusikan bantuan pompa air irigasi di Indramayu


Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2024