Mereka sedang bepergian pagi ini untuk melihat proyek melek huruf ketika Taliban menghadang mobil mereka dan menembak mereka."
Mazar-i-Sharif, Afghanistan (ANTARA News) - Militan Taliban menembak mati enam orang yang bekerja untuk proyek melek huruf dukungan pemerintah di provinsi Faryab, Afghanistan utara, kata sejumlah pejabat, Rabu.

"Mereka sedang bepergian pagi ini untuk melihat proyek melek huruf ketika Taliban menghadang mobil mereka dan menembak mereka," kata kepala kepolisian provinsi itu, Nabi Jan Mullahkhil, lapor Reuters.

Korban-korban itu bekerja untuk sebuah kelompok bantuan Prancis yang terlibat dalam proyek tersebut, dan hanya satu dari tujuh orang yang ditembak selamat, kata Kementerian Pembangunan dan Rehabilitasi Pedesaan Afghanistan.

Kelompok militan meningkatkan serangan terhadap pekerja pemerintah menjelang pemilihan umum presiden yang dijadwalkan berlangsung pada April 2014, yang meningkatkan kekhawatiran mengenai keamanan ketika pasukan asing bersiap-siap menarik diri dari Afghanistan pada akhir tahun depan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara dikirim ke Afghanistan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.

Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.

NATO bertujuan melatih 350.000 prajurit dan polisi Afghanistan pada akhir 2014 untuk menjamin stabilitas di negara itu, namun tantangan-tantangan tetap menghadang dalam proses peralihan itu.

Desersi, penugasan yang buruk dan semangat rendah termasuk diantara masalah utama yang menyulitkan para komandan NATO dan Afghanistan.

Pada Oktober 2011, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013