London (ANTARA News) - Harga minyak turun lagi Selasa dari tingkat tinggi terbaru di tengah meredanya kekhawatiran kemungkinan serangan yang dipimpin AS terhadap Suriah, dengan Amerika Serikat menanggapi secara terbuka rencana Rusia untuk Damaskus agar menyerahkan senjata kimianya.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober turun 1,52 dolar AS ke posisi 112,20 dolar per barel di London pada perdagangan siang.

Kontrak utama New York, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober turun 1,87 dolar menjadi 107,65 dolar per barel.

"Beberapa usulan ditetapkan oleh Rusia yang akan melihat Suriah menempatkan senjata kimianya di bawah kontrol internasional telah membantu mengurangi kekhawatiran pasokan minyak," kata analis broker Sucden Kash Kamal.

Rusia pada Senin menyerukan Suriah "untuk menempatkan senjata kimia di bawah kontrol internasional dan kemudian mereka hancurkan," dalam upaya untuk menghindari serangan AS terhadap rezim Assad atas dugaan penggunaan senjata kimia terhadap rakyatnya sendiri.

Usulan itu disambut oleh Presiden AS Barack Obama sebagai "suatu terobosan signifikan" meskipun ia tidak mengurangi opsi intervensi militer.

Senat AS juga mengumumkan Senin bahwa mereka akan menunda pemungutan suara untuk otorisasi penggunaan kekuatan atas Suriah untuk membiarkan Obama mengatasi masalah tersebut.

Harga minyak mentah telah dikonsolidasikan pada ancaman berkurangnya serangan terhadap Suriah, kata Kelly Teoh , ahli strategi pasar pada IG Markets di Singapura dalam sebuah catatan .

Harga sekarang juga turun dari tertinggi beberapa bulan yang terjadi pada bulan lalu ketika dealer memperkirakan AS dan sekutunya akan memulai melakukan serangan terhadap Suriah, di mana analis mengkhawatirkan bisa menimbulkan konflik yang lebih luas di kawasan Timur Tengah yang kaya minyak.

Minyak berjangka Senin mulai menurun dari tingkat tinggi 28 bulan pada Jumat lalu di tengah ketegangan pasokan yang dipicu Suriah.

Harga patokan New York pekan lalu naik ke posisi tertinggi sejak Mei 2011 mencapai 110,53 dolar per barel.

Kondisi pasar yang ketat juga telah mereda dengan pemulihan bertahap tingkat produksi minyak mentah di Libya.

Ekspor minyak Libya anjlok lebih dari 70 persen pada Agustus setelah pengunjuk rasa termasuk polisi dan penjaga perbatasan, memaksa menutup terminal ekspor.

Sliman Qajam, anggota komite energi parlemen Libya mengatakan pada Senin bahwa produksi negara itu telah kembali pulih menjadi 600.000 barel per hari, dan semua terminal ekspor akan dibuka pada pertengahan minggu depan, demikian AFP.

(S004)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013