Batam (ANTARA News) - Di tengah krisis pelemahan nilai rupiah dan tidak adanya kepastian hukum lahan, industri Batam tetap kondusif, kata Kepala Badan Pengusahaan (BP) Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Mustafa Widjaya.

"Batam tetap kondusif, industrinya baik," kata Mustofa di Batam, Kamis.

Ia menyatakan pelemahan nilai rupiah yang terjadi sejak beberapa bulan lalu tidak mempengaruhi industri di Batam.

Sama dengan pelemahan rupiah, ketidakpastian status lahan Batam setelah Surat Keputusan Menteri Kehutanan menyebutkan sebagian besar lahan di Batam berstatus hutan lindung juga tidak terlalu mempengaruhi industri di daerah itu.

Mustofa menyatakan tidak ada penanam modal yang mencabut modalnya dari Batam atau investor yang membatalkan rencana investasinya.

BP Batam, kata dia, terus melakukan penjelasan kepada setiap penanam modal agar tetap berinvestasi di Batam.

Sebaliknya, ia meminta pers tidak melebih-lebihkan pemberitaan status hutan lindung Batam yang dapat menakut-nakuti investor.

Menurut dia, saat ini persaingan kawasan industri di Asia Pasifik tengah ketat. Jika pemberitaan terus menerus negatif, dikhawatirkan investor lari dan batal menanamkan modalnya di Batam.

Di tempat yang sama, Deputi Pimpinan Bank Indonesia Minot Purwahono mengatakan industri di Batam tidak terkena imbas penurunan nilai rupiah.

"Industri Batam, ekspor dan impor, tidak ada dampaknya, karena mereka terima dolar, pengaruhnya mungkin biaya yang lain, seperti tenaga kerja yang lebih murah, karena pakai rupiah," kata dia.

Kenaikan nilai rupiah juga tidak mempengaruhi industri ritel, termasuk pengimpor bahan makanan yang menghentikan pasokan ke Batam.

"Kalau ritel, mereka tinggal menaikan harga saja, tidak masalah," kata Minot.

Pewarta: Jannatun Naim
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013