Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menekankan bahwa pemenuhan gizi anak bangsa harus diwujudkan melalui gerak bersama dengan perencanaan yang matang, sehingga kualitas sumber daya manusia di masa datang dapat meningkat.

“Anak usia di bawah lima tahun yang mengalami kekurangan gizi di Indonesia masih cukup tinggi. Padahal, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa kesehatan warga negara merupakan HAM dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan,” kata Lestari dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, salah satu bentuk persoalan kesehatan ibu dan anak adalah tengkes atau stunting. Hal itu, katanya, merupakan permasalahan kompleks yang berkaitan dengan kemiskinan ekstrem, sehingga perlu dicegah bersama-sama.

Ia mengingatkan bahwa Indonesia telah berkomitmen sesuai agenda tujuan pembangunan berkelanjutan, yakni nihil lapar. Komitmen tersebut menargetkan angka prevalensi stunting bisa ditekan hingga mencapai 14 persen pada tahun 2024.

“Penurunan angka prevalensi stunting sangat dipengaruhi oleh penurunan angka kemiskinan ekstrem yang ditargetkan mencapai 0 persen pada 2024,” tutur Lestari.

Pemerintah, kata Lestari, telah menetapkan Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018 – 2024 melalui Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).

Namun begitu, penyelesaian stunting kini berhadapan dengan realita belum tuntasnya penyelesaian masalah kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kondisi ini, ujar dia, perlu diselesaikan melalui kerja sama yang terukur.

“Kerja bersama secara terukur untuk menyelesaikan ragam masalah sosial yang dihadapi masyarakat harus segera dilakukan dalam upaya mewujudkan generasi penerus bangsa yang berdaya saing di masa depan,” katanya.

Lestari menyampaikan hal itu saat membuka diskusi daring bertajuk “Dampak Gizi Buruk Terhadap Kecerdasan Anak Indonesia”. Diskusi itu digelar oleh Forum Diskusi Denpasar 12 pada Rabu (24/1).

Di sisi lain, Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Kantor Regional Asia Tenggara (SEARO) 2018–2020 Tjandra Yoga Aditama mengatakan bahwa target angka stunting 14 persen 2024 membutuhkan upaya besar.

Oleh sebab itu, perlu dilakukan penguatan upaya intervensi dengan implementasi yang nyata, serta juga dibutuhkan peningkatan kualitas pendidikan, pemberdayaan ekonomi keluarga, kualitas sanitasi, dan kualitas asupan pangan masyarakat.

“Stunting bisa membuat anak tidak bisa mencapai potensi diri yang seharusnya dimiliki, sehingga dampaknya dirasakan sepanjang hidupnya dan menjadi masalah yang tidak sederhana,” tutur Tjandra yang hadir sebagai narasumber dalam diskusi tersebut.

Baca juga: Kowani berikan edukasi cegah malnutrisi pada anak

Baca juga: BKKBN pastikan kawal gizi anak stunting agar produktif di masa depan

Pewarta: Fath Putra Mulya
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2024