Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan gempa dengan magnitudo 5,9 di Laut Banda, Maluku dipicu aktivitas deformasi batuan dalam Lempeng Banda.

"Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas deformasi batuan dalam Lempeng Banda," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono di Jakarta, Rabu.

Ia menambahkan hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser-naik (oblique thrust-fault).

Baca juga: BMKG: Gempa 5,9 di Laut Banda akibat deformasi batuan dalam bawah laut

Ia mengatakan gempa yang terjadi pada pukul 08.29.46 WIB itu memiliki parameter update dengan magnitudo M5,6.

"Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," katanya.

Ia menambahkan episenter gempa bumi terletak pada koordinat 6,22 lintang selatan dan 130,32 bujur timur, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 223 Km arah barat laut Tanimbar, Maluku pada kedalaman 132 km.

Ia mengemukakan gempa bumi ini dirasakan di Kaimana dan Saumlaki dengan skala intensitas II MMI (modified mercally-intensity), artinya getaran dirasakan sedikit orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut," katanya.

Hingga pukul 08.50 WIB, Daryono menyampaikan hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock).

Baca juga: Gempa di Laut Saumlaki akibat subduksi Banda

Baca juga: Gempa bumi magnitudo 5,5 guncang Saumlaki


Ia mengimbau kepada masyarakat agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.

"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," tuturnya.

Ia juga mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024