Diabetes melitus tipe 1 gejalanya ada klasik dan non klasik. Sedikit tambahan terkait gejala klasik banyak kencing, pada saat anak selesai toilet training, harusnya tidak mengompol lagi
Jakarta (ANTARA) -
Dokter Spesialis Anak Konsultan Endokrin Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Ghaisani Fadiana menyatakan bahwa anak yang masih mengompol usai dilatih buang air kecil di toilet atau toilet training berisiko terkena penyakit diabetes.
 
"Diabetes melitus tipe 1 gejalanya ada klasik dan non klasik. Sedikit tambahan terkait gejala klasik banyak kencing, pada saat anak selesai toilet training, harusnya tidak mengompol lagi, tetapi kalau misalnya ada keluhan mengompol, terutama pada malam hari mesti hati-hati, bisa jadi itu gejala diabetes," kata Ghaisani dalam diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
 
Ia menegaskan, salah satu pertanyaan yang biasanya disampaikan oleh dokter anak kepada orang tua yakni kebiasaan mengompol atau sulit menahan kencing tersebut, yang mengindikasikan gejala diabetes karena tubuh tidak dapat memproduksi insulin (hormon yang mengontrol gula darah dalam tubuh) dengan baik.
 
Pada penderita diabetes, tubuh tidak dapat mengubah gula darah menjadi energi untuk beraktivitas, yang mengakibatkan penumpukan gula darah tersebut dalam sel darah.
 
Ghaisani juga mengingatkan orang tua agar waspada karena diabetes melitus tipe satu tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga sudah banyak ditemukan pada usia anak-anak dan remaja.
 
"Diabetes melitus tipe satu pada anak dan remaja merupakan yang paling banyak ditemukan, hampir 90 persen dari seluruh kasus diabetes yang ditemukan di seluruh dunia," katanya.
 
Ia menyebutkan, diagnosis diabetes melitus pada anak di tahap awal masih sulit ditentukan apakah masuk ke tipe satu atau dua, tetapi sebagian besar yang sudah terdeteksi adalah tipe satu, yaitu diabetes yang tergantung pada asupan insulin.
 
"Di awal masih sulit menentukan ini diabetes melitus tipe satu atau dua, tetapi kalau di anak-anak kemungkinan besarnya tipe satu, yang sangat tergantung dengan insulin," katanya.
 
Menurut dia, salah satu faktor yang diperiksa untuk menentukan tipe diabetes melitus pada anak yakni adanya senyawa keton, atau asam yang dihasilkan oleh tubuh pada saat membakar lemak menjadi energi. Pada penderita diabetes, karena jaringan sudah tidak bisa lagi mengubah karbohidrat menjadi energi, sehingga tubuh secara otomatis memecah cadangan lemak.
 
"Salah satu yang bisa diperiksa dari urin itu adanya keton, kalau ketonnya positif maka kemungkinan besar anak ini membutuhkan terapi insulin," katanya.
 
Ia juga mengemukakan, salah satu faktor risiko diabetes pada anak-anak dan remaja yakni mengalami kelebihan berat badan dan obesitas. Jadi, pencegahan terbaik yang dapat dilakukan adalah menjaga anak agar tidak mengalami obesitas.

"Karena kalau anak ada peningkatan berat badan yang drastis, akan lanjut sampai usia remaja dan dewasa, seterusnya bisa menjadi obesitas, ditambah apabila ada faktor bawaan dari orang tua yang mempunyai riwayat diabetes, sehingga sejak kecil mesti dijaga asupan makannya agar tidak kelebihan berat badan," katanya.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024