Kairo (ANTARA News) - Ratusan orang berdemonstrasi di Yordania, Maroko dan Palestina, mendukung Ikhwanul Muslimin, sedangkan pemerintah Turki yang menjadi pendukung presiden terguling Mohammed Moursi telah memanggil duta besarnya di Kairo untuk menjelaskan kekerasan yang terjadi di Mesir.

Sementara itu kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Catherine shton mengaku terkejut oleh kekerasan di Mesir itu.

"Saya telah meminta para wakil negara anggota untuk berdebat dan mengkoordinasikan langkah pantas yang mesti diambil Uni Eropa guna menjawab situasi di Mesir," kata Ashton seperti dikutip AFP.

Jumat kemarin, Presiden Prancis Francois Hollande telah mendiskusikan soal ini dengan mitra-mitranya di London, Berlin dan Roma.

Jerman menyatakan akan mengkaji kembali hubungannya dengan Mesir, sedangkan Prancis dan Inggris menyeru Uni Eropa untuk membicarakan isu ini Senin pekan depan.

Kamis sebelumnya, Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan darurat untuk membahas Mesir, seraya menyerukan pengakhiran kekerasan dan rekonsiliasi nasional di sana.

Presiden Barack Obama juga mengatakan AS telah membatalkan latihan militer bersama AS-Mesir, sedangkan Amnesti Internasional menyerukan penyelidikan menyeluruh dan imparsial. Lembaga ini juga menyebut langkah pihak berwenang Mesir sama sekali tidak pantas.

Dari benua Amerika, Presiden Venezuela Nicolas Maduro memanggil duta besarnya di Kairo dan menyerukan pemulihan kekuasaan Moursi.

Sebaliknya, pemerintah Arab Saudi dan Yordania menyatakan mendukung langkah pemerintah Mesir melawan apa yang mereka sebut "terorisme".

Raja Abdullah mengatakan Arab Saudi mendukung Mesir dalam melawan terorisme, penyimpangan, dan hasutan, dan menghadapi mereka yang ingin turut campur dalam urusan dalam negeri Mesir, demikian AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013