Operasi yang telah kami mulai -- memburu geng-geng teroris dan mereka yang mendukungnya -- akan terus berlanjut."
Baghdad (ANTARA News) - Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki hari Rabu berjanji memburu para militan yang bertanggung jawab atas serangan-serangan bom mematikan pada akhir pekan yang diklaim oleh Al Qaida.

Puluhan orang tewas dalam serangan-serangan bom pada liburan Idul Fitri di sejumlah daerah yang berpenduduk mayoritas Syiah, yang semakin memperburuk gelombang kekerasan yang telah berlangsung di Irak selama sedikitnya lima tahun, lapor Reuters.

Kelompok Al Qaida di Irak dan Suriah mengatakan, pemboman itu dilakukan sebagai pembalasan atas operasi penumpasan oleh pasukan keamanan Irak.

"Operasi yang telah kami mulai -- memburu geng-geng teroris dan mereka yang mendukungnya -- akan terus berlanjut," kata Maliki dalam pernyataan singkat yang disiarkan televisi pemerintah.

"Kami tidak akan berhenti sampai kami melindungi rakyat kami dari segala cara yang digunakan untuk pembunuhan, kejahatan dan terorisme," tambahnya.

Irak meluncurkan operasi keamanan "Pembalasan Syuhada" setelah pembobolan massal penjara bulan lalu yang juga diklaim oleh Al Qaida.

Maliki mengatakan, pasukan keamanan telah menangkap lebih dari 800 tersangka yang diburu dan menyita sejumlah besar senjata dan peledak sejak operasi itu dimulai bulan lalu.

Serangan-serangan di Irak meningkat tahun ini, khususnya sejak operasi keamanan 23 April di sebuah lokasi protes Arab Sunni anti-pemerintah yang menyulut bentrokan-bentrokan yang menewaskan puluhan orang.

Kekerasan akhir pekan itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.

Lebih dari 800 orang tewas dalam serangan-serangan selama Ramadhan, yang dimulai pekan kedua Juli dan berakhir pekan lalu dan telah menjadi salah satu bulan paling mematikan di Irak.

Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang.

Jumlah kematian akibat serangan-serangan di Irak melampaui 3.300 orang sejak awal tahun ini.

Gelombang serangan di Irak meningkat sejak awal tahun ini, dan menurut laporan PBB, lebih dari 2.500 orang tewas dari April hingga Juni saja, jumlah tertinggi sejak 2008.

Jumlah kematian pada Maret mencapai 271, sementara sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.

Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013