Bali (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut kenaikan harga gula kristal rafinasi (GKR) internasional tidak mempengaruhi industri makanan, minuman dan farmasi.

Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan, harga gula internasional pada 2023 memang mengalami peningkatan yang luar biasa jika dibandingkan dengan 2022.

Pada 2022, harga gula rata-rata 18 sen dolar AS per pon, sedangkan di 2023 harga rata-rata gula sebesar 28 sen dolar AS per pon.

"Saat ini 2023, ini semuanya baik-baik saja, jadi tidak ada perusahaan yang mengatakan bahwa dia kekurangan bahan baku," ujar Putu ditemui saat rilis Indeks Kepercayaan Industri (IKI) di Bali, Kamis.

Menurut Putu, kondisi ini dianggap sebagai anomali yang menguntungkan. Hal ini terjadi lantaran pada 2022 Kemenperin telah menguatkan stok untuk gula konsumsi rumah tangga maupun gula untuk industri.

Baca juga: Ekonom usulkan Bulog dapat kuota impor gula demi tekan harga

"Gula industri ada yang di carry over dari 2022 ke 2023, sedangkan gula konsumsi kita perkuat di volume stoknya. Jadi ini berpengaruh sangat baik sampai saat ini," kata Putu.

Putu mengatakan, fenomena El Nino juga tidak mempengaruhi harga gula Indonesia. Sebab, sejauh ini Indonesia masih bisa memproduksi gula tebu yang mampu mendukung kebutuhan industri maupun konsumsi.

Lebih lanjut, Putu optimistis kebutuhan gula selama periode Natal 2023 dan tahun baru 2024 bisa tercukupi, bahkan hingga perayaan pesta demokrasi Indonesia di Februari 2024.

"Saya pikir untuk yang bahan baku  ini sudah terjaga dengan bagus. Bahan baku industri, terutama yang tadi di gula, itu sudah berproses dengan bagus sehingga semua kebutuhan akan bisa dikendalikan," ucap Putu.

Baca juga: Mendag sebut larangan ekspor India pengaruhi kenaikan harga gula

Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2023