Islamabad (ANTARA News) - Mantan pemimpin militer Pakistan Pervez Musharraf telah ditahan secara resmi atas kecurigaan pembunuhan di Quetta kendati dia memperoleh tahanan rumah dengan memberi uang jaminan atas dua kasus lain yang terjadi ketika ia berkuasa pada 1999-2008, kata seorang pengacara Jumat.

Musharraf merupakan kepala negara ketika pemimpin pemberontak utama di Provinsi Baluchistan, di bagian baratdaya Pakistan, Akbar Bugti, meninggal dalam operasi angkatan darat pada Agustus 2006.

Musharraf yang kembali ke Pakistan pada Maret setelah dia mengasingkan diri selama empat tahun dikenai tahanan rumah di villanya di dekat Islamabad sejak 19 April.

"Dia telah ditangkap secara resmi atas kasus pembunuhan Bugti," kata pengacaranya Ahmed Raza Kasuri kepada AFP.

"Satu pengadilan antiterorisme telah mengeluarkan surat perintah penahanan 14 hari... dia akan berada dalam tahanan di rumahnya di Islamabad," kata dia.

Kasuri mengatakan personel polisi dari Quetta, ibu kota Baluchistan, mengajukan pertanyaan kepada Musharraf dan merampungkan hasil pemeriksaan pada Kamis.

Menurut dia, Musharraf harus muncul di pengadilan di Quetta tetapi karena alasan keamanan tim kepolisian dari kota itu datang ke rumahnya.

Quetta merupakan salah satu kota paling tidak aman di Pakistan karena sering dilanda kekerasan oleh Taliban, pertikaian sektarian dan serangan-serangan terkait pergolakan yang ingin memisahkan diri selama sembilan tahun.

Mohammad Nadeem, salah seorang anggota tim kepolisian Quetta, membenarkan penahanan resmi itu.

Musharraf dilarang meninggalkan Pakistan tetapi tim penasehat hukumnya mengupayakan dia bebas dengan uang jaminan atas kasus Bugti dan memperoleh izin ke luar negeri.

Dua kasus lain yang dialaminya ialah konspirasi pembunuhan mantan perdana menteri Benazir Bhutto dan pemecatan para hakim tahun 2007.

Mahkamah Agung sedang mengadakan sidang terpisah terkait dengan petisi dari para pengacara yang menuntut Musharraf diadili karena pengkhianatan dengan memecat para hakim pada November 2007.

Di Pakistan hanya negaralah yang dapat mengajukan dakwaan pengkhianatan yang pelakunya dapat dijatuhi hukuman mati.

Bugti memimpin aksi bersenjata untuk menuntut otonomi bagi Provinsi Baluchistan dan memperoleh saham lebih besar dari keuntungan penjualan sumber-sumber daya alam.

Para pemimpin oposisi saat itu menuduh pemerintahan Musharraf menyasar dia. Sedikitnya tujuh tentara dan 17 pemberontak suku juga tewas dalam pertempuran dan serangan-serangan udara.

(M016)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013