Kami mengapresiasi kerja sama dengan CIFC serta pelaku industri jasa keuangan Indonesia dan Korea yang akan bertukar pengetahuan serta best practice pengembangan keuangan berkelanjutan di kedua negara
Jakarta (ANTARA) - Indonesia-Korea Financial Forum ke-2 yang diinisiasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Council on International Financial Cooperation (CIFC) mencatat berbagai perkembangan positif untuk memperkuat kolaborasi antara Korea Selatan dan Indonesia di bidang keuangan.

Dengan tema Forging the future of finance: Strengthening Collaboration and Sustainable Finance in Korea and Indonesia acara yang digelar di Jakarta, Senin (4/9) tersebut mengumpulkan pemangku kepentingan dari berbagai industri dan regulator kedua negara.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam keterangan di Jakarta, Kamis, menyampaikan OJK bersama industri jasa keuangan Indonesia berkomitmen untuk selalu belajar dan berbagi mengenai perkembangan terkini dari inisiatif keuangan berkelanjutan.

"Kami mengapresiasi kerja sama dengan CIFC serta pelaku industri jasa keuangan Indonesia dan Korea yang akan bertukar pengetahuan serta best practice pengembangan keuangan berkelanjutan di kedua negara," kata Mahendra.

Acara tersebut dihadiri sekitar 130 partisipan dari regulator dan industri jasa keuangan Indonesia maupun Korea dengan dua pokok pembahasan, yaitu keuangan berkelanjutan dalam lanskap keuangan Indonesia dan Korea serta peran kolaborasi dalam membentuk masa depan sektor jasa keuangan di sektor asuransi, penjaminan, pasar modal, dan infrastruktur keuangan Indonesia dan Korea Selatan.

Lebih lanjut, Mahendra menyampaikan penguatan jasa keuangan berkelanjutan berperan sangat penting dalam menghadapi dampak perubahan iklim global.

Oleh karena itu, kata dia, diperlukan kolaborasi tidak hanya dari regulator sektor jasa keuangan melainkan oleh pelaku sektor jasa keuangan di tingkat domestik maupun internasional agar pengembangan keuangan berkelanjutan terukur dan terarah.

"Kami harus memahami isu-isu terkait pengembangan keuangan berkelanjutan dalam perspektif yang lebih luas. Hal ini menurut saya adalah sesuatu yang harus terus kami sempurnakan dan kami percepat serta sesuaikan sekaligus selaraskan dengan prinsip-prinsip global dan internasional," ucap Mahendra.

Sementara itu, Direktur Bisnis dan Layanan Credit Bureau Indonesia (CBI) Anton K. Adiwibowo turut memberikan pandangan sebagai pelaku industri biro kredit dalam mendukung penguatan infrastruktur keuangan di Indonesia dan bagaimana hal tersebut berdampak pada perkembangan ekonomi negara.

Menurut dia, Indonesia-Korea Financial Forum ke-2 memberikan platform yang sangat berharga untuk berdiskusi tentang tantangan dan peluang dalam pengembangan infrastruktur keuangan di Indonesia.

"Kami percaya pengembangan LPIP (Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan) ke arah biro kredit modern yang disertai peningkatan pengolahan data SLIK (Sistem Layanan Informasi Keuangan) dan alternatif didukung oleh kemampuan teknis dan analisis profil risiko yang akurat adalah unsur penting dalam menciptakan solusi dan layanan yang dapat diandalkan oleh lembaga jasa keuangan dalam mendukung inklusi keuangan yang berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia," ucapnya.

"Terus berkontribusi dalam mendukung OJK dalam ekosistem keuangan yang berkelanjutan dan inklusif di Indonesia adalah komitmen kami di CBI," kata Anton.

Baca juga: Menparekraf bidik peningkatan kunjungan wisatawan Korsel ke Indonesia

Baca juga: RI-Korsel manfaatkan EV dan manufaktur tingkatkan nilai perdagangan


 

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023