Jakarta (ANTARA) - Sejumlah perusahaan sektor pembiayaan dan investasi Indonesia, dalam Forum ASEAN-Indo-Pasifik (AIPF), menegaskan tentang pentingnya penerapan bisnis berkelanjutan dan dukungan pembiayaan bagi pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan.

Sejumlah pembicara dalam diskusi panel AIPF bertema Keberlanjutan dan Pembiayaan Inovatif di Hotel Mulia, Jakarta, pada Rabu (6/9), menyampaikan pendapatnya mengenai promosi pembiayaan green financing yang mendukung pengurangan gas emisi.

Terkait dengan itu, Direktur Manajemen Risiko PT SMI, Pradana Murti, mengatakan bahwa perusahaannya mendapat dua mandat dari pemerintah Indonesia. Pertama, sebagai pembiaya inovatif pembangunan nasional sektor publik yang melayani sebanyak 548 pemerintah daerah. Kedua, sebagai pemberi biaya sektor swasta dengan peran pengelolaan mekanisme transisi energi.

Pada dasarnya perusahaan ini bertindak sebagai perantara lokal dan domestik, yang berada di antara aset dan pembiayaan. 

PT SMI menerapkan prinsip keberlanjutan dalam memberikan pembiayaan tersebut. Sebagai contoh,  PT SMI pada 2018 menjadi perusahaan pertama yang menerbitkan green bond korporasi lokal yang memenuhi standar obligasi Asia.

Selain itu, PT SMI juga berhasil meraih anugerah sertifikasi green office tingkat tertinggi, Platinum, oleh Green Building Council Indonesia (GBCI) dan Sucofindo sebagai bukti perusahaan menerapkan prinsip berkelanjutan dalam proyek, segi operasional secara konsisten.

Sementara itu, Wakil Presiden Direktur Bank Mandiri, Alexandra Askandar, mengatakan pihaknya menyadari ada antusiasme besar dari beragam sektor industri untuk turut dalam energi terbarukan, hingga transportasi ramah lingkungan.

Bank bisa berperan besar dalam program pertukaran karbon. Bank bisa memiliki peran positif dalam pertukaran karbon. Bank dapat menjadi penghubung antara penjual dan pembeli kredit pertukaran karbon tersebut.

Kisah baik dalam upaya mengurangi emisi yakni kebijakan dukungan dari pemerintah seperti pemberian insentif dan keringanan bagi komponen lokal kendaraan ramah lingkungan.

Dengan mekanisme penilaian karbon yang tepat dapat menjadi dorongan utama untuk menciptakan pembiayaan ramah lingkungan sehingga banyak pihak akan mengajukan investasi ramah lingkungan. Insentif dan kebijakan ini yang dibutuhkan dari pemerintah dalam hal investasi ramah lingkungan.

Sementara itu, Direktur Utama Indonesia Investment Authority (INA), Ridha D.M. Wirakusumah, menjelaskan perusahaannya membantu Indonesia dengan mengajak investasi berkembang dan berkelanjutan.

INA memperhatikan sejumlah investasi yang memberi manfaat bagi Indonesia, dengan empat ragam industri yakni infrastruktur, layanan kesehatan, teknologi digital, dan transisi energi. Fokus pada transisi energi dan energi terbarukan juga merupakan hal yang masuk akal secara bisnis. 

Dalam hal energi bersih, perusahaannya telah melakukan investasi di perusahaan panas bumi terbesar di Asia. Potensi investasi energi bersih di Indonesia sangat besar mengingat adanya kebutuhan peralihan dari energi batu bara ke energi terbarukan, termasuk juga industri kendaraan listrik. Hal itu  bisa dikerjasamakan dengan negara-negara tetangga di ASEAN untuk mengembangkan kendaraan listrik. 

Siap berkolaborasi

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dalam penutupan AIPF 2023  menegaskan bahwa ASEAN siap berkolaborasi dengan semua mitra di kawasan Indo Pasifik dengan prinsip kesetaraan.

“ASEAN siap bekerja bersama secara kolaboratif dengan semua mitra, khususnya di Indo Pasifik, berdasarkan prinsip kesetaraan,” kata Luhut seraya menambahkan bahwa negara berkembang bukanlah negara kelas dua. Negara berkembang pun punya hak untuk bertahan. 

Menko Marves menjelaskan tugas penting kerja sama di kawasan itu yakni bagaimana menjaga kedaulatan dan hubungan bersama, menjaga perdamaian dan stabilitas, sekaligus mencapai ekonomi yang menguntungkan dan keadilan sosial.

Senada dengan Luhut, Wakil Menteri Luar Negeri RI, Pahala Nugraha Mansury, menyatakan AIPF sebagai implementasi dari Pandangan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) untuk membendung rivalitas menjadi kerja sama di kawasan tersebut.

"ASEAN merupakan bagian dari kawasan Indo-Pasifik. Dan yang ingin kita bangun adalah bagaimana melalui AIPF ini kita bisa hadir untuk membendung rivalitas yang ada di Indo-Pasifik menjadi sebuah kerja sama," kata Pahala.

Forum tersebut diharapkan bisa membangun kerja sama yang saling menguntungkan dan inklusif, di mana semua negara di kawasan turut dilibatkan dalam kerja sama. Forum tersebut diharapkan bisa meletakkan fondasi yang lebih kuat bagi ASEAN untuk melakukan pembangunan ekonomi di kawasan.

ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF) pada 5-6 September 2023 mengangkat tema "Implementation of the ASEAN Outlook on the Indo-Pacific".

Sebanyak tiga topik dibahas dalam AIPF yakni infrastruktur hijau dan rantai pasok yang berketahanan, transformasi digital dan ekonomi kreatif, serta pembiayaan yang berkelanjutan dan inovatif.

Kegiatan di AIPF Business Matching 2023 pada Rabu juga dihadiri oleh 185 investor baik investor internasional maupun domestik.

Pengenalan bisnis yang dilaksanakan meliputi sejumlah bidang antara lain energi terbarukan, pengembangan hidrogen bersih, ammonia bersih, penyulingan alumina, rantai nilai baterai, dan infrastruktur jalan tol, hingga pelabuhan.

Sementara sejumlah sektor yang difokuskan sebagai strategis nasional yakni energi, minyak, dan gas (lima proyek), jalan tol (sembilan proyek), pelabuhan (lima proyek), kesehatan (enam proyek), pupuk (tiga proyek), infrastruktur (10 proyek), turis (sembilan proyek), dan electric vehicle (EV) ecosystem and value chain (tiga proyek).

Di sela AIPF juga dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Japan Desk dengan BNI dan Shokochukin Bank, serta MoU BNI dengan Korea Exim Bank. Selain itu, terdapat juga MoU KEK Sanur antara InJourney dan beberapa mitranya.

Pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan terus diupayakan, di antaranya melalui pengurangan gas emisi karbon. Kondisi ini yang kini diperjuangkan negara-negara di dunia dengan berbagai cara, seperti menguatkan kerja sama antar-negara maupun pihak terkait, termasuk dengan lembaga pembiayaan. 

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023