Musim kemarau paling enak untuk digunakan naik gunung karena tidak diganggu hujan meskipun siang sangat panas. Ada potensi bahaya lain yang harus diperhatikan, yaitu kebakaran
Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau para pendaki gunung untuk mewaspadai bencana kebakaran hutan di lereng gunung selama musim kemarau.
 
"Musim kemarau paling enak untuk digunakan naik gunung karena tidak diganggu hujan meskipun siang sangat panas. Ada potensi bahaya lain yang harus diperhatikan, yaitu kebakaran," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam tayangan pengarahan bencana yang dipantau di Jakarta, Selasa.
 
Abdul Muhari mengungkapkan pernah ada pendaki yang dievakuasi akibat kebakaran hutan yang melanda Gunung Ciremai di Jawa Barat.

Baca juga: BNPB: 120 personel dikerahkan dalam pemadaman di TN Gunung Ciremai
 
Menurutnya, bencana kebakaran juga berpotensi terjadi di gunung-gunung lain di Indonesia. Pendaki harus berhati-hati dengan api dan selalu memperhatikan peringatan maupun informasi cuaca yang diberikan oleh instansi setempat.
 
"Sebanyak 99 persen kejadian kebakaran hutan dan lahan akibat faktor manusia yang tidak sengaja membuang puntung rokok, membuat api unggun yang tidak dijaga, dan faktor-faktor lainnya," kata Abdul Muhari.
 
Ia mengatakan kondisi kering dan angin panas saat musim kemarau menjadi katalis dalam mempercepat penyebaran api yang membakar hutan.

Baca juga: Api besar lagi, BPBD Subang berupaya padamkan kebakaran TPA Panembong
 
Berdasarkan data BNPB, mayoritas kejadian bencana selama sepekan terakhir berupa hidrometeorologi kering dengan angka mencapai 70 persen.
 
Dari total 46 kali kejadian bencana yang terjadi pada 28 Agustus hingga 3 September 2023, kebakaran hutan dan lahan terjadi sebanyak 32 kali.
 
"Kita sudah ada pada puncak kemarau. Kita masih ada September yang diharapkan intensitas kemarau sudah turun dan Oktober nanti kita ada di transisi dari kemarau ke musim hujan," ucap Abdul Muhari.

Baca juga: BPPT usulkan hujan buatan dilakukan di masa transisi kemarau

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023