.....pentingnya penguatan hilirisasi produk pertanian melalui promosi dan advokasi.
Jakarta (ANTARA) - Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementerian Pertanian Prayudi Syamsuri menekankan pentingnya penguatan hilirisasi produk pertanian melalui promosi dan advokasi.

“Dahulu orang pertanian melihat bahwa promosi itu adalah biaya, tapi pemasaran atau promosi itu adalah investasi dalam hal mempertahankan pasar. Bahkan kita tidak sadari, promosi itu bisa mencapai 30 persen dari biaya atau nilai suatu produk,” kata Direktur Prayudi saat menghadiri Agrofood Expo 2023, di JIEXPO, Jakarta, Kamis.

Prayudi menuturkan besarnya biaya promosi sebaiknya tidak dianggap sebagai pengeluaran ekstra, melainkan sarana investasi yang akan menguntungkan pemilik produk. Sarana promosi melalui pameran atau expo skala nasional maupun internasional, katanya lagi, menjadi salah satu upaya pemerintah untuk memperkuat hilirisasi produk pertanian baik antara business to business (B2B) maupun business to customer (B2C).

“September (expo serupa) di Serpong, karena itu sekali lagi investasi untuk promosi produk pertanian kita. Bukan hanya di dalam negeri, tapi di luar negeri. Kami akan hadir juga di Jerman pada Oktober 2023,” ujarnya pula.

Promosi di luar negeri, katanya menjelaskan, bukan hanya untuk sekadar mengenalkan produk pertanian, namun juga untuk menjelaskan isu-isu negatif yang beredar mengenai produk pertanian nasional seperti minyak sawit yang dikecam oleh sejumlah negara di Eropa.

Kementan mencatat komoditas sawit mendominasi ekspor pertanian dengan jumlah 70 persen. Kemudian, dari total produksi nasional sebanyak 40 persen digunakan untuk konsumsi dalam negeri, dan 60 persennya untuk mengisi pasar dunia yang digunakan sebagai minyak nabati. Besarnya peranan sawit tersebut, dinilainya menjadi salah satu alasan promosi dan advokasi terutama di luar negeri harus rutin dilaksanakan.

“Advokasi penting, kita sama-sama memperkuat. Kita harus tunjukkan ke dunia laur bahwa pertanian kita itu adalah produk yang menjaga sustainability, menjaga keberlanjutan, oleh karena itu advokasi ini penting,” katanya pula.

Penguatan pembangunan komoditas perkebunan melalui gelaran Agrofood Expo, menurutnya, menjadi momentum strategis untuk memperkuat ekosistem pertanian yang lebih komprehensif dan terpadu, dari hulu hingga hilir.

Direktur Utama Wahyu Promo Citra Sukur Sakka selaku penyelenggara pameran menuturkan expo yang berlangsung selama 10-13 Agustus tersebut memadukan konsep B2B dan B2C dengan sekitar 100 pelaku usaha di sektor agribisnis, agroindustri, BUMN, swasta, pemerintahan daerah, dan sejumlah asosiasi.

Komoditas yang ditawarkan dalam pameran ini merupakan unggulan dan dibutuhkan pasar, meliputi komoditas pertanian, perkebunan, produk olahannya, seperti kopi, teh, kakao, beras, hingga rempah-rempah.

Sukur Sakka optimistis penyelenggaraan Agrofood Expo tahun ini mampu menarik perhatian lebih dari 10 ribu pengunjung. Untuk target transaksi, ia berharap seluruh peserta pameran dan pelaku usaha terkait bisa menemukan pasar baru yang tepat dan menjalin kerja sama berkelanjutan.

“Dalam sesi Buyers Meet Sellers memberikan kesempatan yang luas bagi pelaku usaha pertanian untuk saling berjejaring sekaligus sharing pengembangan bisnis, promosi, pemasaran sekaligus pemanfaatan teknologi agribisnis yang tepat guna untuk meningkatkan daya saing produk pertanian di pasar global,” kata dia lagi.
Baca juga: Bulog pasarkan produk beras khusus di pameran AgroFood 2019

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023