Program ‘Isi Piringku’ memuat seputar kualitas dan komposisi makanan yang dikonsumsi, yang sebelumnya dikenal dengan istilah empat sehat lima sempurna
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Sạksono Harbuwono mengemukakan program gizi seimbang bertajuk "Isi Piringku" merupakan bentuk intervensi yang tepat dalam menekan laju pertumbuhan angka obesitas di Indonesia.

"Program Isi Piringku yang telah diterapkan di puskesmas merupakan langkah positif dalam mewujudkan gizi seimbang dan pencegahan obesitas," kata Dante dalam dialog FMB9 ‘Bahaya Obesitas Dini, Apa Solusinya?’ diikuti dalam jaringan di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan, melalui program ‘Isi Piringku’ memuat seputar kualitas dan komposisi makanan yang dikonsumsi, yang sebelumnya dikenal dengan istilah empat sehat lima sempurna.

Secara umum, Isi Piringku menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring yang terdiri atas 50 persen buah dan sayur, dan 50 persen sisanya terdiri atas karbohidrat dan protein.

Baca juga: Kemenkes: Survei Kesehatan Indonesia hadirkan intervensi akurat

Kampanye Isi Piringku juga menekankan untuk membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak dalam konsumsi sehari-hari.

Dante melaporkan, angka obesitas di Indonesia telah mengalami peningkatan dari 15,3 persen pada 2013 menjadi 21,8 persen di 2018. Mayoritas angka kasus dilaporkan berasal dari daerah penyangga Jakarta, seperti Tangerang, Depok, dan Bekasi, yang dipengaruhi meningkatnya pendapatan masyarakat setempat.

Dia juga menyoroti pentingnya peran ibu dalam mendidik keluarga tentang pola makan yang baik dan benar, serta membantu anak-anak untuk memilih jajanan yang sehat.

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan obesitas pada anak adalah perspektif sebagian besar orang tentang bayi gemuk yang lucu serta pemberian makanan tambahan yang tidak seimbang.

Baca juga: KND dorong percepatan implementasi UU TPKS

"Padahal, sejak usia 0 hingga 6 bulan, anak sebaiknya hanya mendapatkan ASI eksklusif untuk memastikan asupan gizi yang tepat," katanya.

Penggunaan susu formula sejak dini tanpa ASI, kata Dante, dapat menyebabkan potensi obesitas karena kalori dalam susu formula lebih tinggi dibandingkan ASI.

Dalam rangka mencapai tujuan pencegahan obesitas pada tahun 2030 sebesar 3 persen, Dante mengajak pemangku kepentingan berperan aktif dan meningkatkan kesadaran bersama.

"Masih ada pekerjaan rumah dalam menangani obesitas pada anak-anak. Terlebih saat ini terdapat fenomena double burden of malnutrition, di mana stunting dan obesitas hadir bersamaan. Kedua isu ini perlu diatasi bersama," katanya.

Baca juga: Wamenkes: Fasilitas layanan kesehatan KTT ASEAN rampung dikerjakan
Baca juga: MPR meminta keselamatan saat pandemi harus jadi kepedulian bersama

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023