Misalnya bawang impor, begitu lagi produksi, harganya dimainin sama kartel hingga harganya jatuh sampai Rp3.000 akhirnya pedagang lebih memilih bawang impor tersebut padahal petani lokal sedang panen,"
Jakarta (ANTARA News) - Kenaikan harga pangan akhir-akhir ini diduga terjadi akibat praktik kartel yang dilakukan oleh para pengusaha, kata ekonom Rizal Ramli.

"Misalnya bawang impor, begitu lagi produksi, harganya dimainin sama kartel hingga harganya jatuh sampai Rp3.000 akhirnya pedagang lebih memilih bawang impor tersebut padahal petani lokal sedang panen," kata Rizal pada diskusi di Jakarta, Selasa.

Rizal mengatakan, praktik kartel ini merugikan petani lokal yang mematok harga sekitar Rp15.000 per kilogram.

"Kartel ini berbahaya, ketika petani kita produksi, dibanting harganya. Begitu sudah tidak ada, dinaikin harganya," ujar Rizal.

Rizal juga meminta Komisi Pengawas Persaingan Usaha untuk melakukan investigasi terkait praktik kartel tersebut.

"Hal ini bisa dimulai dari penelusuran sistem pengalokasian kuota impor pangan yang telah merugikan rakyat. Jika memang terbukti ada praktik kartel, KPPU harus menjatuhkan sanksi tegas kepada para pengusaha yang terlibat," kata Rizal.

Sementara itu, bagi pejabat yang terbukti melakukan pat gulipat dalam alokasi kuota, harus diproses sesuai hukum yang berlaku, ujarnya.

"KPPU mempunyai hak untuk menghukum mereka," kata Rizal.

Sebelumnya pada Senin (18/3), Rizal juga mengusulkan pemerintah mengganti sistem kuota impor dengan sistem tarif.

Menurutnya, sistem kuota impor dinilai tidak transparan dan tidak kompetitif, serta merugikan negara karena tidak memperoleh penerimaan yang semestinya.
(C005/N002)

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013