Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan teknologi radar yang menggunakan konsep synthetic aperture radar atau SAR untuk menghasilkan gambar permukaan bumi dengan resolusi tinggi.
 
"SAR punya banyak kelebihan dibandingkan dengan penginderaan jauh. Pada penelitian pemrosesan data, ada beberapa periset kami yang terlibat," kata Kepala Pusat Riset Telekomunikasi BRIN Nasrullah Armi dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
 
Beberapa contoh resolusi citra SAR satelit komersial, di antaranya sentinel-1, terrasar-X, COSMO SkyMed, radarsat-2, ALOS-2, IceEye, dan Capella.
 
Aplikasi SAR antara lain digunakan untuk pemantauan lingkungan, pemantauan bencana, pemantauan keamanan, pemetaan topografi, pemantauan perubahan lahan, pemantauan glasier, dan pemantauan kehutanan.

Baca juga: BRIN kembangkan bawang merah tahan perubahan iklim

Baca juga: Peneliti BRIN: Optimalisasi bioetanol bisa kurangi kuota impor migas
 
Peneliti Pusat Riset Telekomunikasi BRIN Bambang Setiahadi menjelaskan bahwa sensor SAR menggunakan gelombang radio, aktif (membawa sumber energi sendiri), side looking, dan informasi intensitas pantulan objek.
 
Hal ini berbeda dengan sensor optik yang menggunakan gelombang cahaya, pasif (menggunakan energi matahari), down looking, dan informasi spektral.
 
BRIN melakukan riset SAR mengenai desain sistem frekuensi radio (RF) untuk dual polarization, desain filter untuk sistem RF, desain antena microstrip, desain BCU untuk dual polarization, desain dan implementasi digital signal processing (DSP), dan eksperimen ground based SAR di lapangan.
 
Peneliti Pusat Riset Teknologi Penerbangan BRIN Farohaji Kurniawan mengatakan pengembangan sistem SAR sudah dilakukan pada program Elang Hitam melalui kerja sama yang dilakukan oleh LAPAN, BPPT, dan LEN Industri.
 
Pusat Riset Teknologi Penerbangan telah memulai program riset dan inovasi sistem SAR pada 2020 sampai 2029 mendatang. Target program itu adalah menghasilkan output draf buku internasional, publikasi internasional, hak kekayaan intelektual, dan prototipe sistem SAR.
 
Proyek selanjutnya dalam perancangan antena untuk SAR sensor adalah melakukan perancangan dan desain antena beamsteering dan antena conformal.
 
Menurut Farohaji, pengembangan sistem SAR yang mandiri merupakan suatu keharusan karena berbagai kemampuannya sangat diperlukan untuk keperluan penelitian, militer, mitigasi bencana, pertanian, dan lain-lain.
 
"Penguasaan teknologi harus dimulai dari dasar dan harus dilakukan dengan serius dan totalitas," ujarnya.*

Baca juga: BSKDN dan BRIN bahas rencana kerja sama tingkatkan kompetensi pemda

Baca juga: BRIN ungkap potensi besar pertanian organik

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023