Solok Selatan (ANTARA) - Gandang Sarunai khas Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat mendapatkan predikat sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Wakil Bupati Solok Selatan Yulian Efi di Padang Aro, Selasa, mengatakan pengusulan dan penetapan Gandang Sarunai sebagai WBTB merupakan upaya dalam pelestarian budaya, khususnya di kabupaten tersebut.

Baca juga: Gandang Sarunai Solok Selatan ditetapkan sebagai WBTB Indonesia

"Masih banyak lagi keanekaragaman budaya yang perlu dilestarikan, mari bersama-sama kita jaga agar tidak tergerus oleh zaman," katanya.

Gandang Sarunai merupakan seni pertunjukan tradisional yang dimainkan secara bersama-sama menggunakan dua buah gendang bermuka dua dan satu buah alat musik tiup yang disebut Sarunai.

Sebelum Gandang Sarunai, Solok Selatan telah memiliki dua seni pertunjukan yang ditetapkan sebagai WBTB Indonesia, yakni Batombe dan Rabab.

Mengacu pada laman Kemendikbudristek, warisan budaya tak benda adalah berbagai praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan serta instrumen, obyek, artefak dan ruang-ruang budaya terkait dengan masyarakat, kelompok dan dalam beberapa kasus, perorangan merupakan bagian dari warisan budaya tersebut.

Baca juga: Tiga karya budaya dari Garut masuk Warisan Budaya Tak Benda

Baca juga: Kemdikbudristek ungkap strategi dalam pengajuan WBTb ke Unesco


Warisan ini diturunkan dari generasi ke generasi, yang secara terus menerus diciptakan kembali oleh masyarakat dan kelompok dalam menanggapi lingkungan sekitarnya, interaksi mereka dengan alam dan sejarah mereka, dan memberikan identitas yang berkelanjutan untuk menghargai perbedaan budaya dan kreativitas manusia.

Warisan budaya tak benda dibagi atas lima domain, yaitu tradisi lisan dan ekspresi, seni pertunjukan, adat istiadat masyarakat, ritual, dan perayaan-perayaan.

Selanjutnya, pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta serta keterampilan dan kemahiran kerajinan tradision

Pewarta: Laila Syafarud
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023