Singapura (ANTARA) - Dolar AS jatuh di dekat posisi terendah dua bulan di perdagangan Asia pada Rabu sore, karena data ekonomi yang lemah mendukung pandangan bahwa Federal Reserve mendekati akhir dari siklus pengetatannya, sementara dolar Selandia Baru melonjak setelah kenaikan suku bunga yang lebih besar dari perkiraan.

Bank sentral Selandia Baru (RBNZ) menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) ke level tertinggi lebih dari 14 tahun di 5,25 persen dalam sebuah langkah yang mengejutkan pasar, karena 22 dari 24 ekonom dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan hanya kenaikan 25 basis poin.

Kiwi menguat 1,0 persen menyentuh level tertinggi dua bulan di 0,6383 dolar AS setelah keputusan tersebut. Terakhir naik 0,55 persen pada 0,635 dolar AS.

Christopher Wong, ahli strategi mata uang di OCBC, mengatakan sikap bank sentral adalah bahwa tekanan inflasi jangka pendek telah meningkat dan inflasi masih terlalu tinggi dan persisten, menambahkan kenaikan tersebut membawa siklus pengetatan mendekati akhir.

Di tempat lain, data semalam menunjukkan lowongan pekerjaan AS turun ke level terendah dalam hampir dua tahun pada Februari, menunjukkan bahwa kondisi pasar tenaga kerja akhirnya melonggar.

Lowongan pekerjaan, ukuran permintaan tenaga kerja, turun 632.000 menjadi 9,9 juta pada hari terakhir Februari, Survei Lowongan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja bulanan atau laporan JOLTS, menunjukkan. Para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan 10,4 juta lowongan.

Indeks dolar, yang mengukur mata uang terhadap enam mata uang lainnya, turun ke level terendah baru dua bulan di 101,43, setelah turun 0,5 persen semalam. Indeks terakhir di 101,57.

Euro datar di 1,0953 dolar, di bawah puncak dua bulan yang disentuhnya pada Selasa (4/4/2023). Sterling terakhir melemah 0,13 persen di 1,2483 dolar, turun dari level tertinggi sepuluh bulan sehari sebelumnya.

"Pasar masih mencermati data AS dengan sangat cermat. Pasar sangat sensitif terhadap seberapa baik prospek pertumbuhan AS bertahan mengingat tekanan perbankan," kata Moh Siong Sim, ahli strategi mata uang di Bank of Singapore.

Data pekerjaan AS yang lebih lembut dari yang diantisipasi menyebabkan pasar mengubah prospek kenaikan suku bunga. Pasar sekarang memperkirakan peluang 59 persen Fed akan mempertahankan suku bunga tak berubah pada pertemuan kebijakan Mei, alat CME FedWatch menunjukkan. Pasar memperkirakan peluang 43 persen Fed tidak menaikkan suku bunga sehari sebelumnya. Sebuah laporan minggu lalu menunjukkan bahwa sementara inflasi surut pada Februari, itu tetap cukup tinggi untuk memaksa The Fed menaikkan suku bunga sekali lagi tahun ini.

"Saya pikir jika Anda menghilangkan semua kekhawatiran tentang pertumbuhan AS sebagai akibat dari tekanan perbankan dan hanya melihat secara objektif, data tampaknya mengatakan bahwa (itu) menuju ke arah yang benar, tetapi masih belum sampai ke sana," kata Sim Bank of Singapore.

"Dan Fed mungkin harus berbuat lebih banyak dan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama."

Pada pertemuan kebijakan Maret mereka, sebagian besar pembuat kebijakan Fed mengisyaratkan bahwa mereka memperkirakan perlu menaikkan suku bunga sekali lagi, menjadi 5,1 persen, dan tidak memangkasnya hingga tahun 2024.

Presiden Federal Reserve Cleveland, Loretta Mester mengatakan pada Selasa (4/4/2023) bahwa sementara ekonomi tampaknya berada di jalur menuju perlambatan, bank sentral kemungkinan memiliki lebih banyak kenaikan suku bunga di depannya.

Jajak pendapat Reuters terhadap ahli strategi valuta asing menunjukkan bahwa dolar AS kemungkinan akan melemah terhadap sebagian besar mata uang utama pada tahun 2023 karena kesenjangan suku bunga dengan rekan-rekannya menyempit, menempatkan mata uang AS dalam posisi defensif setelah memimpin selama beberapa tahun. "Fokus akan beralih ke laporan ketenagakerjaan utama pada Jumat (7/4/2023), di mana konsensus memilih moderasi lebih lanjut dalam pertumbuhan data penggajian non-pertanian (NFP) menjadi 240 ribu." Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang senior di National Australia Bank.


Di pasar obligasi AS, imbal hasil obligasi pemerintah dua tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, naik 2,8 basis poin menjadi 3,862 persen, setelah turun 14 basis poin pada Selasa (4/4/2023).

Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun naik 1,3 basis poin menjadi 3,350 persen, setelah turun 9 basis poin semalam.

Dolar Australia turun 0,09 persen menjadi 0,675 dolar AS, sehari setelah bank sentral Australia mempertahankan suku bunga tidak berubah di 3,6 persen, menghentikan 10 kenaikan berturut-turut, mengatakan perlu lebih banyak waktu untuk menilai dampak kenaikan di masa lalu.

Baca juga: Minyak naik seiring pemotongan OPEC, antisipasi penurunan stok AS
Baca juga: Emas menguat, bertengger di atas 2.000 dolar AS untuk sesi kedua
Baca juga: Wall St berakhir turun, data ekonomi lemah picu kekhawatiran resesi

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023