Jakarta (ANTARA) - Sineas dari sejumlah negara di Asia Tenggara menyebut film Asia, juga peran karakternya (terlebih perempuan), kini mulai beragam dan diakui dunia.

Para pelaku industri film itu mengatakan selama ini, karakter perempuan Asia dalam film kerap digambarkan pada posisi derajat yang lebih rendah. Sementara pada film barat, karakter orang Asia sangat berdasar pada stereotip.

“Dahulu, karakter wanita Asia pada film barat kebanyakan kita temukan sosok seorang ibu konservatif, atau, seorang anak perempuan yang memberontak dari keluarganya,” kata aktris asal Thailand, Manatsanun Phanlerdwongsakul, Kamis.

Pada acara bincang-bincang “Reflections of Me” yang diselenggarakan oleh Netflix di Jakarta, aktris yang membintangi serial “The Cave Rescue” itu mengatakan, penulis yang berani mengubah fenomena ini mulai bermunculan di negaranya.

Baca juga: Alasan sutradara perempuan banyak dibutuhkan

Baca juga: Film dan keluarga tak terpisahkan bagi Kamila Andini

“Saya rasa sekarang industri film sudah mulai terbuka dalam eksplorasi karakter perempuan Asia,“ ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Kritikus Film dari India, Anu Chopra mengatakan hal senada dengan Manatsanun.

Menurutnya, sosok karakter Asia, utamanya perempuan yang dikemas pada film-film, bisa berdampak kurang menguntungkan pada kehidupan nyata perempuan, seperti adanya label wanita sempurna dan tidak.

“Di Bollywood, wanita digambarkan sebatas menjadi properti milik laki-laki, kebanyakan wanita hanya menyanyi dan menari di pelukan mereka,” kata dia.

Kabar baik, hal ini perlahan mulai mengalami perubahan. Selain sosok perempuan, film-film dari Asia mulai menguasai pasar global dan menarik perhatian Hollywood.

Hal ini disampaikan seorang penulis dari Vietnam, Eirene Tran Donohue. Wanita yang besar di Amerika itu menyebut, kesuksesan film Asia saat ini sangat berdampak dan mampu merubah dunia penulisan naskah cerita internasional.

“Saya ingat ketika film ‘Crazy Rich Asians’ dan ‘Squid Game’ dirilis kemudian membludak, tiba-tiba saja industri film di Hollywood tertarik dengan kisah-kisah Asia,” ujar Eirene.

Penulis “A Tourist’s Guide to Love” itu mengatakan, aspek kesuksesan finansial suatu film juga menjadi pertimbangan utama sineas global untuk memproduksi kisah dari Asia, selain pelaku film Asia yang juga semakin kreatif dan bersaing secara kualitas karya.

“Hollywood juga sekarang sudah menaruh perhatian pada isu ini, bahkan sekarang bukan hanya film, mereka juga sudah mengakui musik-musik Asia, seperti contohnya K-Pop yang sangat luar biasa besar,” tambahnya.

Adapun Sutradara asal Indonesia, Kamila Andini turut memberikan pengamatannya pada isu ini.

Selain aspek bisnis, Sutradara serial “Gadis Kretek” itu menyebut, masyarakat global semakin hari semakin mampu menerima perbedaan satu sama lain, termasuk budaya antar ras dan negara.

“Saya senang sekarang banyak orang yang mampu menerima perbedaan budaya, itu terlihat dari maraknya film-film dan serial yang menyuguhkan perbedaan ini, mereka menganggap perbedaan adalah hal unik dan menarik,” kata dia.

Ke depan, Eirene, Manatsanun, Anu Chopra, dan Kamila mengaku optimis melihat lebih banyak orang Asia yang memiliki kekuatan dan terlibat dalam industri ini, untuk akhirnya dapat menyuarakan ‘diskriminasi’ orang Asia, utamanya perempuan.

Baca juga: Sutradara: Film "Atas Nama Surga" adalah perasaan jujur perempuan

Baca juga: Kata sutradara Jane Campion saat cetak sejarah di nominasi Oscar

Baca juga: Jane Campion perempuan ketiga jadi sutradara terbaik Oscar 2022

Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023