Harga minyak kita kan masih di bawah harga subsidi, jadi tentu akan dimonitor keberlangsungan daripada penurunan harga minyak
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah masih memonitor dampak dari tren penurunan harga minyak mentah dunia terhadap kemungkinan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi di dalam negeri.

“Harga minyak kita kan masih di bawah harga subsidi, jadi tentu akan dimonitor keberlangsungan daripada penurunan harga minyak,” kata Menko Airlangga Hartarto di Kantor Presiden, Jakarta, Senin.

Selain itu, kata dia, pemerintah telah mengimplementasikan penggunaan campuran BBM solar dengan biodiesel sebanyak 35 persen atau B35. Hal tersebut mengurangi impor solar dan juga menekan jumlah subsidi yang dikucurkan pemerintah untuk jenis BBM tersebut.

“Namun ini (penurunan harga minyak mentah dunia) terus kita akan monitor,” ujar Menko Airlangga Hartarto.

Pemerintah juga sedang menyusun kebijakan untuk membuat biaya bahan bakar avtur menjadi lebih kompetitif. Kenaikan harga avtur telah memicu peningkatan tarif transportasi yang juga berimbas kepada kenaikan inflasi.

“Ini akan dikalkulasi dan akan dirapatkan bagaimana kita bisa menurunkan biaya untuk avtur,” kata Menko Airlangga.

Baca juga: Minyak jatuh di Asia jelang pertemuanOPEC+, pertemuan Federal Reserve

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, harga minyak turun di perdagangan Asia pada Senin sore karena produsen global kemungkinan akan mempertahankan produksi dan investor berhati-hati menjelang pertemuan Bank Sentral AS Federal Reserve (Fed) yang rentan memacu gejolak pasar.

Harga minyak mentah berjangka Brent tergelincir 74 sen atau 0,8 persen, menjadi 85,92 dolar AS per barel. Sementara itu harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS merosot 61 sen atau 0,8 persen menjadi 79,07 dolar AS per barel.

Menjelang pertemuan The Fed yang dijadwalkan pada 31 Januari- 1 Februari, pasar secara luas memperkirakan bank sentral AS itu akan menaikkan suku bunga setidaknya 25 basis poin. Hal itu meningkatkan kekhawatiran bahwa perpanjangan kenaikan biaya pinjaman The Fed akan menghambat pertumbuhan permintaan bahan bakar di negara konsumen minyak terbesar dunia.

"Kemungkinan terbebani oleh potensi kenaikan suku bunga dalam pertemuan Fed mendatang," kata Kepala Analisis APAC, Serena Huang, di Vortexa, dalam sebuah surat elektronik.

Para menteri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+, kemungkinan juga tidak akan mengubah kebijakan produksi minyak mereka saat ini ketika mereka akan bertemu secara virtual pada 1 Februari 2023.

Baca juga: Harga minyak menguat di awal sesi Asia setelah serangan drone di Iran
 

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023