Surabaya (ANTARA) - Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama (Unusa) segera membuka program pendidikan dokter spesialis (PPDS) untuk mengatasi kekurangan dokter spesialis di Indonesia.

"Persiapan untuk membuka PPDS ini terus dilakukan. Mulai mempersiapkan fasilitas sarana dan prasarana, sumber daya manusia, dalam hal ini pemenuhan dosen dan sebagainya," kata Rektor Unusa, Prof Achmad Jazidie di sela pelantikan dan pengambilan sumpah terhadap 16 dokter baru di kampus setempat, Kamis.

Jazidie mengungkapkan PPDS yang nantinya dibuka oleh Unusa adalah tiga spesialis, yakni paru, jantung dan penyakit dalam.

Baca juga: Unusa gandeng NU Circle gelar TOT Tadris Matematika bagi guru SD

"Untuk membuka program spesialis, kita harus melihat banyak hal. SDM itu penting, sarana itu penting, prasarana juga penting. Kita juga melihat kebutuhan akan dokter spesialis tertentu. Kalau kita sekadar membuka nantinya percuma," kata Jazidie.

Selama ini, lanjutnya, PPDS hanya boleh dibuka di fakultas kedokteran yang berada di kampus negeri. Swasta masih belum diizinkan. Namun, seiring dengan perkembangan, dimana kebutuhan dokter spesialis dan sub-spesialis yang semakin tinggi, membuat Kementerian Kesehatan RI merevisi aturan lama.

Pada kesempatan itu, Unusa melakukan pelatinkan dan pengambilan sumpah terhadap 16 orang dokter baru Peserta Pendidikan Profesi Dokter Unusa angkatan ke-6 yang telah mengikuti Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD).
  Dekan Fakultas Kedokteran Unusa, Dr Handayani mengatakan seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran baru dinyatakan lulus dan menyandang gelar dokter jika telah lulus UKMPPD yang diselenggarakan secara nasional oleh Panitia Nasional. Ujian UKMPPD terdiri atas ujian CBT (teori) dan OSCE (praktik).

Baca juga: Mahasiswa Unusa lolos program pertukaran mahasiswa ke Jepang

Baca juga: Menaker harap mahasiswa Unusa mampu jawab tantangan di era digital


"Alhamdulillah FK Unusa telah memiliki CBT Center dan OSCE Center yang dinyatakan layak digunakan untuk UKMPPD. Pada pelaksanaan UKMPPD Mei 2022, untuk pertama kalinya OSCE Center FK Unusa digunakan untuk OSCENAS," katanya.

Keberadaan CBT Center dan OSCE Center ini, lanjut Handayani, sangat penting dan mendukung kelulusan mahasiswa FK Unusa, karena menjalani ujian di kampus sendiri akan membuat mahasiswa lebih percaya diri.

Selain itu, 90 persen lebih mahasiswa yang lulus adalah fisrt taker (lulus saat pertama kali mengikuti UKMPPD). "Ini menjadi tolok ukur keberhasilan dan mutu pembelajaran, sekaligus menentukan penilaian akreditasi Fakultas Kedokteran. Nilai baik jika angka kelulusan di atas 80 persen. FK Unusa di atas 90 persen yang lulus fisrt taker," katanya.

Pewarta: Willi Irawan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023