Tokyo (ANTARA) - Keluarga Masyarakat Muslim Indonesia (KMII) Jepang memfokuskan upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk menjangkau lebih banyak warga negara Indonesia (WNI) Muslim di Jepang.

“Tidak hanya capacity building (pengembangan SDM) di organisasi itu sendiri, tapi dari potensi masyarakat Islam Indonesia yang ada di Jepang,” kata Ketua Umum KMII Jepang Muhammad Aziz saat ditemui di Tokyo, Rabu.

Azis mengatakan dengan mengembangkan SDM, pihaknya juga berupaya menyeimbangkan hal-hal yang sifatnya non-fisik, seperti keterampilan dan keahlian, dengan yang sifatnya fisik, seperti pembangunan masjid.

Dia menuturkan pihaknya juga sudah membentuk divisi baru terkait pengembangan SDM dan kerja sama, dan dikelompokkan berdasarkan daerah, profesi dan umur.

“Kebutuhannya bisa macam-macam. Secara umur, kita punya program Genki, Origami. Untuk yang profesi ada yang mahasiswa, perawat, magang dan lain-lain. Kita berusaha bisa memfasilitasi semua, seperti apa problem mapping-nya (pemetaan masalah) terlebih dahulu, baru solution mapping (pemetaan solusi),” ujarnya.

Dia mengatakan upaya tersebut dilatarbelakangi pertambahan populasi di Jepang, termasuk WNI, sehingga kebutuhan masyarakat Muslim juga semakin meningkat.

Berdasarkan laporan Imigrasi Jepang pada Juni 2022, jumlah WNI mencapai 83.000 orang. Dari angka tersebut, pekerja magang atau kenshusei tercatat naik menjadi 44.000 orang dari sebelumnya yang hanya 34.000 orang.

Sementara itu, untuk kategori pekerja dengan keterampilan spesifik (specified skilled workers), jumlahnya mencapai hampir 10.000 orang.

Jumlah WNI pada akhir 2022 diperkirakan sudah mencapai 100.000 jiwa.

Aziz mengatakan pada 2023 pihaknya juga mengupayakan untuk menjadikan organisasi tersebut bahan hukum agama yang bisa mewadahi lebih banyak kegiatan serta merangkul lebih banyak warga.

“Apakah namanya tetap KMII atau dimodifikasi lebih lanjut, itu salah satu target yang utama. Dengan hal itu, tentu kegiatan bukan hanya yang bersifat Indonesia, tapi kita punya sedikit keleluasaan untuk lebih merangkul ke hal di luar wilayah Indonesia itu sendiri,” katanya.

Dia mengaku hal itu masih menjadi tantangan saat ini, terutama untuk memperbaiki dan memperkuat hubungan antarorganisasi di Jepang, baik secara vertikal atau yang langsung berada di bawah KMII maupun secara horizontal, misalnya yang bersifat profesional.

“Itu tentunya menjadi proses yang sangat panjang. Kita berhadapan dengan manusia bukan sesuatu yang mudah berubah. Kita memang perlu step by step membuat orang lain percaya dengan kita," kata Aziz.

Dia mengatakan jika yakin dengan niat yang tulus, ketika semua pihak merasakan manfaat, pasti ke depannya akan lebih mudah.

Baca juga: KMII harap kajian Ustaz Hanan Attaki penyemangat pemuda WNI di Jepang
Baca juga: KMII: Sapi wagyu, pilihan hewan kurban paling diminati di Jepang


Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023