Kiai Bisri memiliki jasa besar dalam perjuangan bangsa, terutama saat resolusi jihad serta dalam memajukan pendidikan pada kaum perempuan,
Jombang, Jatim (ANTARA) - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa mendukung penuh pengajuan sosok K.H. M. Bisri Syansuri sebagai sosok pahlawan nasional.

"Kiai Bisri memiliki jasa besar dalam perjuangan bangsa, terutama saat resolusi jihad serta dalam memajukan pendidikan pada kaum perempuan," katanya saat menghadiri Haul K.H. M Bisri Syansuri ke-44, Nyai Hj. Nur Khodijah ke-74 dan Harlah Pondok Pesantren (PP) Mambaul Ma’arif Denanyar, Kabupaten Jombang, dalam taklimat media yang diterima di Jombang, Senin..

"Kepada dzuriyah Denanyar, saya secara khusus menyampaikan proses pengajuan KH. M. Bisri Syansuri menjadi pahlawan nasional agar dimaksimalkan pemenuhan persyaratannya," tambahnya.

Ia mengatakan, perjuangan K.H. M. Bisri Syansuri saat menjadi komandan dan membantu mengkomunikasikan gerakan Hizbullah dan Sabilillah bersama para santri saat resolusi jihad merupakan sentral komando pergerakan pasukan luar biasa.

"Selain itu, beliau juga memiliki peran yang luar biasa dalam proses perjuangan bagi bangsa dan negara saat pra dan pascakemerdekaan," kata dia.

Gubernur juga mengatakan, pengajuan gelar pahlawan nasional untuk Kiai Bisri ini sama sekali bukan kepentingan keluarga atau dzuriyah, melainkan hal tersebut menjadi bagian penting dari catatan perjalanan sebuah bangsa.

"Karena ini bukan untuk kepentingan keluarga K.H. M. Bisri Syansuri, melainkan untuk menjadi rekaman komprehensif bahwa mereka yang pernah berkontribusi pada proses pengorbanan, perjuangan dan perjalanan bangsa punya jejak sejarah yang bisa dijadikan teladan," katanya.

Dirinya juga sudah berkomunikasi dengan pejabat terkait pengajuan ini.

"Saya komunikasikan dengan Staf Khusus Menkopolhukam karena Pak Menkopolhukam adalah ketua dewan gelar. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana proses pengajuan tersebut dilakukan. Karena jika ada kekurangan dokumen, kami akan lengkapi," katanya.

Ia menambahkan, jika tidak diajukan sebagai pahlawan nasional, maka dokumen perjalanan perjuangan Kiai Bisri sekadar sebagai dokumen keluarga dan PP Mambaul Maarif. Tetapi jika sebagai pahlawan nasional akan tercatat dalam jejak sejarah bangsa yang menjadi dokumen nasional sehingga dapat diteladani oleh seluruh warga bangsa.

"Bahkan seringkali tamu-tamu kepala negara lain jika melakukan kunjungan ke suatu negara mereka ke makam pahlawan sebagai bentuk penghornatan. Disinilah harapannya catatan rekam jejak sejarah K.H. M. Bisri Syansuri bisa terdokumentasikan. Dan ingatlah bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya," kata Khofifah.

K.H. M. Bisri Syansuri adalah seorang ulama dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang lahir pada 18 September 1886 di Tayu, Pati, Jawa Tengah. Semasa kecil, Bisri muda belajar pada K.H. Abd Salam, seorang ahli dan hafal Al-Quran dan juga ahli dalam bidang fiqih.

Kiai Bisri meminang adik dari K.H. Wahab Chasbullah yakni Nur Khodijah. Setelah menikah, keduanya tinggal dan menetap di Tambak Beras, Jombang. Mereka dikaruniai sembilan orang anak yang salah satunya yakni Sholihah.

Sholihah menikah dengan Kiai Wahid Hasyim yang juga merupakan ayah dari Mantan Presiden RI ke-4 Abdurrahman "Gus Dur" Wahid.

Baca juga: Gus Mus: KH Bisri beda pendapat, tapi hormati orang

Baca juga: Prabowo-Sandiaga ziarah ke makam KH Bisri Syansuri

Baca juga: Jokowi kunjungi Ponpes Mambaul Maarif di Jombang

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023