Jakarta (ANTARA) - Warga Meruya Utara bersama Pemerintah Kota Jakarta Barat menyulap gunungan sampah menjadi taman produktif penghasil sayuran, obat-obatan dan tempat olahraga.

Lahan fasilitas sosial (fasos) seluas 1.200 meter persegi (m2) di Perumahan Taman Aries Blok A itu sebelumnya merupakan tempat pembuangan sampah dan barang bekas.

"Dahulu di sini tempat pembuangan sampah. Barang bekas pun ada di sini dari mulai kayu, toilet hingga wastafel bekas," kata pengurus A Green sekaligus Ketua RT 04/09 Meruya Utara, Kembangan Jakarta Barat, Andy Tjahja saat ditemui di lokasi, Selasa.

Kondisi semakin diperparah ketika warga kerap membakar sampah di lokasi. Akibatnya asap bakaran sampah mengganggu warga sekitar.

Karena kondisi tersebut, warga akhirnya sepakat untuk mengubah lahan itu menjadi taman produktif. "Dari situ terbentuklah kepengurusan A Green yang akhirnya mengelola Taman A Green ini," kata dia.

Baca juga: Jakarta Barat beri fasilitas pengolahan sampah untuk 265 RW

Pengerjaan taman ini dilakukan secara bertahap dengan bergotong-royong. Pihak Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Barat (Jakbar) turut terlibat dalam pembinaan dan pemberian fasilitas untuk warga.

Salah satu fasilitas yang diberikan, yakni alat pemotong sampah organik untuk pengolahan pupuk kompos dan pupuk cair.

Seiring berjalannya waktu, taman yang dikelola warga itu akhirnya berkembang baik. Saat ini, warga sudah bisa memproduksi pupuk cair dan pupuk kompos dari sampah organik.

Pupuk itu nantinya digunakan warga untuk menanam berbagai tanaman. Beberapa tanaman obat warga (toga), sayuran hingga buah-buahan tumbuh subur di sini.

"Untuk pepaya dan pisang kita sudah bisa jual ke warga internal Blok A saja. Hasilnya kita pakai lagi untuk pengelolaan taman," kaya dia.
​​​​​​
Baca juga: Pemkot Jakbar akan denda Rp500.000 warga yang bakar sampah

Sedangkan untuk tanaman sayuran seperti terung, sawi, daun pepaya dan beragam sayur lainnya dijual untuk warga sekitar. "Per bulan hasil panen kita total hingga Rp 2.000.000," kata dia.

Selain itu, di sudut taman warga menanaminya dengan 50 jenis tanaman toga seperti sambiloto, daun dewa, jahe, kunyit, sereh hingga daun pandan.

Sebagian dari bibit tersebut merupakan pemberian dari Suku Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian (KPKP) Jakarta Barat. Sisanya hasil dari urunan warga.

"Kalau untuk toga kita tidak jual melainkan kita bagikan kepada warga yang butuh," kata dia.

Pihaknya juga mendapat bantuan panel surya dari pihak swasta sebagai "Corporate Social Responsinility" (CSR). Panel surya itu digunakan untuk menggerakkan pompa air dan sumber listrik untuk penerangan di taman.

Baca juga: Pemkot Jakbar buka layanan jemput bola kumpulkan limbah elektronik

Bukan hanya untuk produksi buah dan sayuran saja, taman tersebut juga diciptakan sebagai ajang edukasi dan kesehatan warga.

"Untuk edukasi kita sudah menerima banyak daerah lain yang datang untuk melihat taman yang kita kelola. Mudah-mudahan mereka bisa membuat taman yang sama di setiap wilayah," kata dia.

Untuk kesehatan, pihaknya telah menyiapkan beragam fasilitas olahraga seperti lapangan bulutangkis, meja pingpong, lapangan senam hingga samsak untuk taekwondo.

Jadwal olahraga tersebut telah diatur pengelola A Green dan berjalan rutin selama satu minggu. Andi berharap hadirnya taman ini bisa menginspirasi warga lain untuk hidup bersih dan kreatif dalam memproduksi sampah.

"Kalau taman-taman seperti ini dibuat di tempat lain, saya yakin produksi sampah di Jakarta perlahan akan berkurang," kata dia.

Baca juga: Warga Jakarta Barat diingatkan pentingnya pilah sampah rumah tangga

Kepala Seksi Peran serta Masyarakat dan Penataan Hukum Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jakarta Barat Enrile Indro Prasetyo mengatakan, pihaknya terus memberikan pendampingan kepada warga pengelola A-Green.

Pendampingan itu berupa memberikan penyuluhan tentang tata pengelola sampah. "Kita dampingi dan kita bantu hadirkan pembicara soal pengelolaan sampah untuk warga," kata dia.

Enrile menilai warga di Blok A Perumahan Taman Aries sudah ahli dalam pengelolaan sampah sehingga pendampingan tidak terlalu intensif lagi.
 

Pewarta: Walda Marison
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2023