Kuala Lumpur (ANTARA) - Mimin Mintarsih, yang akrab disapa Bu Mimin, merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) yang sudah 28 tahun menetap di Malaysia.

Sejak tahun 2019, ia menerima kepercayaan dari Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia Kuala Lumpur (KBRI KL) untuk mengelola Sanggar Bimbingan Sungai Mulia 5, tempat anak-anak pekerja Indonesia mendapatkan pendidikan non-formal (PNF).

Berawal dari 50 murid, perjuangan Mimin terus berlanjut, hingga akhirnya saat ini sanggar bimbingan tersebut memiliki 162 murid aktif yang tergabung di dalamnya.

Mimpinya, suatu saat anak-anak didiknya itu bisa datang berseragam. Dengan semakin bertambahnya jumlah murid di sanggar bimbingannya, ia juga punya punya mimpi yang lain.

“Yang kedua, saya ingin mempunyai tempat yang lebih luas karena tempat ini terlalu kecil, untuk anak-anak sempit sekali,” kata ibu lima anak itu, dalam suatu perbincangan dengan ANTARA.

Awalnya, menurut Mimin, anak-anak yang sudah selesai dan mendapatkan ijazah sekolah dasar (SD) dari sanggar tersebut, akan langsung dipulangkan oleh KBRI KL ke Indonesia. Tapi ternyata, banyak orang tua murid yang menolak dan memohon padanya untuk dicarikan tempat belajar ke jenjang berikutnya.

Mimin memimpikan sekolah dengan fasilitas lengkap dan mumpuni, mulai dari koperasi, kantin, ruang pertemuan dan tempat bermain.

Ia sudah merancang semua itu dan berniat mengembangkannya di atas tanah yang lebih luas.


Tantangan  

Sudah lebih dari tiga tahun sejak Mimin diberi kepercayaan untuk mengelola sanggar bimbingan, berbagai macam tantangan telah dihadapinya.

“Tantangan terbesar adalah sulit untuk memastikan orang tua tanggung jawab, terutama (soal) iuran,” katanya.

Wanita kelahiran Cirebon, Jawa Barat, tersebut juga menambahkan bahwa ada orang tua yang tidak ingin menyekolahkan anaknya, bahkan sampai tidak mau tahu perihal pendidikan anaknya.

Tantangan yang ada tidak pernah membuat Mimin menyerah, karena dirinya yakin bahwa orang tua akan paham jika diberikan pengertian.

Dia yakin, orang tua sekeras apapun, kalau diberi pengertian akan paham mengenai pentingnya pendidikan bagi anaknya. Mimin bersyukur karena di belakang upayanya ini banyak orang-orang hebat.

Mimin yang juga Ketua Pengurus Cabang Istimewa Muslimat Nahdlatul Ulama (PCINU) Malaysia itu dengan bangga menjelaskan bahwa tanpa adanya bantuan dari guru-guru, orang tua dan ibu-ibu Muslimat NU, dirinya tidak akan mampu melewati tantangan yang dihadapi.

Kerja sama antara sanggar bimbingan dengan KBRI KL dan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) juga menjadi salah satu hal yang membuat Mimin berhasil untuk meyakinkan para orang tua.

Adanya kerja sama tersebut juga memungkinkan anak-anak untuk memiliki Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) yang akan memudahkan mereka melanjutkan pendidikan di Indonesia setelah mereka kembali ke Tanah Air.
Suasana belajar di Sanggar Bimbingan Sungai Mulia 5 di Kuala Lumpur, Rabu (7/12/2022). (ANTARA/Virna P Setyorini)

Selain itu, KBRI KL juga membantu proses pengurusan dokumen, seperti akta kelahiran dan surat perjalanan laksana paspor (SPLP) bagi anak-anak sanggar.

Mereka melakukan jemput bola, mendatangi langsung sanggar-sanggar bimbingan.

Hal-hal seperti itulah yang menyebabkan orang tua akhirnya semangat dan mau bertanggung jawab dengan mengutamakan pendidikan anak-anaknya.

“Dia (orang tua) rela sampai membawa bekal di situ, makan ramai-ramai menunggu anaknya, saking semangatnya untuk anaknya sekolah,” katanya.


SB Sungai Mulia 5

Saat Mimin mengajak ANTARA berkeliling bangunan sanggar yang berada di samping kiri rumahnya, terlihat anak-anak semangat mengikuti kegiatan pembelajaran.

Mereka menempati beberapa ruang yang dibagi sesuai dengan tingkatan pendidikannya.

Siti Nur, murid kelas 1 SB Sungai Mulia, mengaku suka dengan pelajaran matematika. Bersama dengan 26 teman sekelasnya, siang itu dirinya tampak serius mengikuti pelajaran matematika di lantai 1 bangunan tersebut.

Saat menaiki tangga menuju lantai 2 yang letaknya ada di samping bangunan, dapat terdengar suara seorang anak yang sedang membaca. Ketika didekati, ternyata terlihat seorang anak perempuan yang sedang belajar membaca di hadapan gurunya.

Sebanyak 17 anak di dalam kelompok belajar itu sengaja dipisahkan dengan yang lainnya, khusus mengikuti kelas membaca, menulis dan berhitung (calistung).

Meski dengan keadaan ruang kelas yang sederhana, perasaan bahagia tetap terpancar dari wajah murid-murid yang mengikuti kegiatan pembelajaran di sanggar tersebut.

Proses pembelajaran di sanggar bimbingan tersebut dimulai sejak pukul 07.30 waktu setempat hingga pukul 13.00, dilanjutkan dengan shalat zuhur berjamaah dan kelas agama hingga pukul 16.00.

Sebelum masuk ke kelas masing-masing, semua murid diajak untuk berselawat, shalat duha dan hajat berjamaah. Selanjutnya, Mimin akan mengajak mereka berolah raga ringan di halaman sebuah rumah yang letaknya berseberangan dengan sanggar.
Pendiri Sanggar Bimbingan Sungai Mulia 5 Mimin Mintarsih (kanan) berbincang dengan Sekjen Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Suharti di Kuala Lumpur, Senin (21/12/2022). (ANTARA/Virna P Setyorini)

Kegiatan tersebut, ujar Mimin, dilaksanakan setiap hari sebelum proses pembelajaran dimulai. Tujuannya agar anak-anak “dibersihkan” terlebih dahulu, sehingga mereka menjadi lebih ceria dan segar saat belajar.


Mutiara Indonesia

Dengan latar belakang puluhan plakat penghargaan yang berjajar di ruang tamu rumahnya, Mimin terlihat bersemangat menyampaikan harapannya bagi anak-anak sanggar bimbingan yang dijalankannya.

“Harapan saya, mungkin dari sekian banyak (murid) itu, ada satu mutiara yang akan membangun Indonesia. Bukan hal yang mustahil,” ujar dia.

Mimin juga bercerita bagaimana pentingnya pendidikan akhlak pada setiap anak.

Pengelola Sanggar Bimbingan Sungai Mulia 5 itu mengatakan akhlak yang baik merupakan hal utama yang diajarkan di sana.

“Saya tidak utamakan pandainya. Akhlak dulu. Orang pandai ada tempatnya, tapi akhlak itu yang sulit sekali. Orang semakin pandai, (tapi) akhlak enggak ada, hancur,” katanya.

Kegigihan Mimin yang tentu didukung oleh suami, keluarga, kerabat dan rekan-rekannya di PCINU Malaysia menguatkan dirinya untuk memberikan ruang bagi anak-anak pekerja migran Indonesia di Semenanjung untuk mendapatkan ilmu melalui sanggar bimbingan yang dikelolanya selama ini, telah mendapat apresiasi dari Pemerintah Indonesia.

Mimin bersama 21 orang lainnya menerima Hassan Wirajuda Award 2022 dari Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi di Jakarta, Senin (9/1) malam.

Pemerintah Indonesia memberikan apresiasi kepada para pelindung WNI di luar negeri yang telah bekerja keras beyond the call of duty.

Dalam konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin, Presiden Joko Widodo menyampaikan permintaannya tentang pentingnya pembangunan community learning center (CLC) di Semenanjung untuk memenuhi hak pendidikan anak-anak pekerja migran Indonesia.

"Mudah-mudahan anak di bawah sanggar bimbingan di manapun berada, semoga ada masa depan yang cerah untuk mereka," kata Mimin penuh harap.

Mimpi Mimin Mintarsih menjadi mimpi semua. Sambil bersama berupaya dan berdoa, agar semua mutiara-mutiara di Semenanjung Malaysia itu dapat bersinar terang membawa perubahan untuk kebaikan bersama di masa depan.

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023