Kami ingin semua orang dapat berbagi manfaat yang sama di masa depan dengan pertumbuhan yang berpusat pada manusia
Jakarta (ANTARA) - Pertemuan Regional ke-17 Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) Asia Pasifik menyerukan upaya yang lebih besar untuk memastikan pertumbuhan inklusif.

Presiden Singapura Halimah Yacob dalam pidato pembukaan pertemuan tersebut menyoroti perlunya pertumbuhan inklusif ketika kawasan Asia Pasifik berupaya bangkit dari pandemi COVID-19.

“Pandemi dan goncangan ekonomi baru-baru ini memberi kita kesempatan untuk memikirkan kembali model pertumbuhan kita. Dalam hal ini, ILO memainkan peran penting dalam memastikan model pertumbuhan yang lebih adil dan inklusif, di mana setiap orang memiliki kepentingan,” kata Halimah di Singapura, Selasa.

Sementara itu, Direktur Jenderal ILO Gilbert F Houngbo menyoroti bagaimana pandemi COVID-19 yang diperburuk dengan krisis politik dan ekonomi telah mendorong mundur kemajuan sosial.

Baca juga: ILO: Pasar tenaga kerja di Asia Pasifik mulai pulih dari pandemi

Dia menjelaskan bahwa situasi tersebut telah memicu para pekerja bertahan pada pekerjaan informal yang memberikan perlindungan dan keamanan yang lemah.

Karena itu, standar ketenagakerjaan, kebijakan ketenagakerjaan, dan perlindungan sosial menjadi semakin penting.

“Kami ingin semua orang dapat berbagi manfaat yang sama di masa depan dengan pertumbuhan yang berpusat pada manusia,” kata Gilbert.

Pasar tenaga kerja di Asia Pasifik dan negara-negara Arab mulai pulih dari pandemi, tetapi dengan kondisi yang diperkirakan akan tetap sulit hingga tahun 2023, prospek investasi, pertumbuhan, dan pemulihan pasar tenaga kerja sepenuhnya tetap sulit.

Bahkan tanpa dampak besar dari pandemi COVID, kata Gilbert, kelemahan struktural di pasar tenaga kerja kawasan tersebut telah menghambat pertumbuhan pekerjaan yang layak dan merata.

Kemajuan yang terbatas dalam kesetaraan gender, kurangnya cakupan perlindungan sosial untuk sebagian besar penduduk, produktivitas tenaga kerja yang stagnan, tingkat pengangguran kaum muda yang tinggi, dan tingkat informalitas yang terus-menerus tinggi semuanya diidentifikasi sebagai masalah utama yang dihadapi di Asia Pasifik dan kawasan Arab.

“Kelemahan mendasar ini perlu diatasi jika kita ingin memberikan keadilan sosial dan pekerjaan yang layak. Dengan kebijakan pro tenaga kerja yang efektif, lebih banyak perlindungan sosial, penghormatan terhadap hak-hak buruh, dialog sosial yang konstruktif, dan lingkungan bisnis yang mendukung, negara-negara dapat membekali diri mereka untuk mendapatkan manfaat dari masa depan pekerjaan,” ujar Gilbert.

Dia juga menekankan pentingnya lembaga pasar tenaga kerja yang berfungsi dengan baik.

“Kami melihat selama respons pandemi bagaimana negara-negara yang memiliki institusi pasar tenaga kerja yang lebih kuat mampu menangkal beberapa guncangan krisis dengan lebih efisien dan efektif,” kata dia.

Namun, mantan Perdana Menteri Togo itu mengakui adanya tantangan yang dihadapi negara-negara anggota ILO untuk mengalokasikan lebih banyak sumber daya selama iklim ekonomi saat ini.

“Bukanlah tugas yang mudah untuk meningkatkan aksi menuju pekerjaan yang layak dan mandat keadilan sosial ILO. Untuk melewati masa-masa yang penuh gejolak ini, kita perlu meningkatkan kemitraan kita dengan sistem multilateral dan bekerja sama melalui Koalisi Keadilan Sosial,” tutur dia.

Berlangsung pada 6-9 Desember 2022, pertemuan itu membahas isu-isu yang memengaruhi ketenagakerjaan dan dunia kerja di Asia, Pasifik, dan negara-negara Arab.

Kesimpulan itu akan membantu membentuk arah kebijakan ketenagakerjaan dan ketenagakerjaan nasional serta pekerjaan ILO di kedua wilayah ke depannya.

Lebih dari 500 delegasi termasuk di antaranya 19 menteri dan wakil menteri yang mewakili pemerintah, serta organisasi pekerja dan pengusaha dari 33 negara mengikuti Pertemuan Regional ILO Asia Pasifik.

Baca juga: Dirjen ILO dorong perlindungan sosial untuk pekerja sektor digital
Baca juga: ILO catat "penurunan mencolok" dalam upah riil di seluruh dunia


Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022