Kalau senjata yang tidak punya kualitas tinggi, itu bisa dibilang tidak akan lulus Litbang AD.
Jakarta (ANTARA) -
Industri pertahanan swasta nasional PT Komodo Armament Indonesia membutuhkan dukungan dari Pemerintah untuk menyuplai kebutuhan senjata, amunisi, dan propelan bagi TNI.
 
"Harapan saya dan juga teman-teman industri pertahanan lain itu, kami itu dibina, diayomi, kalau memang perlu dikoreksi, ya, dikoreksi," kata Direktur Utama PT Komodo Armament Indonesia Dananjaya A. Trihardjo di sela-sela pameran Indo Defence Tahun 2022 Expo dan Forum di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis.

Namun, lanjut dia, sayang kalau industri-industri pertahanan yang di bawah Perkumpulan Industri Pertahanan Swasta Nasional (Pinhantannas) ini tidak diajak berkontribusi pada pembuatan alutista dalam negeri.
 
Menurut Dananjaya A. Trihardjo, Pemerintah sering kali menyatakan Indonesia harus memiliki industri pertahanan yang kuat demi menciptakan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), terlebih lagi Pemerintah menekankan penggunaan bahan baku dalam negeri dalam membuat alutsista guna meningkatkan pendapatan negara.
 
Dananjaya mengatakan bahwa pabriknya hingga kini dapat memproduksi 5.000 pucuk senjata serbu per tahun dan 2.000.000 amunisi polymer kaliber 5,56 x 45 mm per tahun beserta propelan dan aspek pendukung lainnya.
 
Dirut PT Komodo Armament Indonesia ini mengklaim bahwa tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) produksi pabrikannya mencapai 82,5 persen.
 
Untuk senjata serbu Komodo D5 aluminium, misalnya, pihaknya memiliki TKDN sekitar 82,5 persen. Bahkan, semua bagian yang ada di senjata tersebut diproduksi di pabriknya, Bekasi.

"Jadi, part-nya sampai plastik-plastiknya kami produksi semua di pabrik," tuturnya.
 
Keinginan kuat Pemerintah dalam membangun kedaulatan industri pertahanan dalam negeri, kata dia, seluruh pemangku kepentingan harus mendukungnya.
 
Dananjaya meyakini industri pertahanan swasta dalam negeri mampu bersaing dengan industri pertahanan di kancah internasional pada masa mendatang.
 
Ia berharap Pemerintah benar-benar memiliki komitmen untuk membesarkan industri pertahanan dalam negeri dengan cara menggunakan hasil produksi alutsista dari industri pertahanan swasta nasional.

Baca juga: Kemhan menunjuk PT PAL perbaiki 41 kapal perang
Baca juga: PT DI dan Kemhan tandatangani kontrak pengadaan CN235-220
 
Lulus Uji
 
Dikatakan pula bahwa senjata serbu Komodo D5 dibuat secara khusus dengan dua bahan baku utama dari dalam negeri, yaitu aluminium dan polymer itu sudah lulus uji dan sudah ada sertifikatnya.
 
Begitu pula amunisi kaliber 5.56 mm berbahan baku polymer made in Bekasi itu, kata dia, sudah berhasil lulus uji Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat (Dislitbangad) sejak 3 tahun silam.
 
"Kalau dengan apa yang sudah dilitbangkan itu, saya tidak ragu kalau senjata ini juga berkualitas senjata impor. Karena apa yang dilakukan dalam waktu yang sudah ditembakan (10.000 tembakan ketika uji sertifikasi) di Litbang AD itu. Kalau senjata yang tidak punya kualitas tinggi, itu bisa dibilang tidak akan lulus Litbang AD," paparnya.
   
Amunisi kaliber 5.56 mm berbahan baku polymer dan magasin kaliber 5.56 mm itu, lanjut dia, dapat digunakan senjata jenis serbu di M-16, M-4, AR-15, FNC, dan MCX.
 
Sementara itu, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengatakan bahwa Pemerintah membuka ruang untuk industri pertahanan swasta.
 
"Kita sekarang membuka untuk swasta boleh ikut dalam industri pertahanan," kata Prabowo di JIExpo Kemayoran.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022