Jakarta (ANTARA) - Perawat Willis Silda Tiana, Skep, Ners., M.Kep mengatakan pentingnya kehadiran keluarga sebagai support system atau orang-orang yang mendukung masa pemulihan pasien setelah stroke selama di rumah.

“Harus ada yang merawat. Itu pun perlu. Jadi tidak hanya pasien (yang disiapkan), keluarga juga perlu sebagai support system-nya,” kata perawat dari RSPON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta itu dalam bincang virtual yang diikuti di Jakarta, Jumat.

Dia mengatakan pasien pasca-stroke berbeda dengan pasien-pasien dengan penyakit lainnya yang umumnya hanya membutuhkan perawatan selama di rumah sakit dan dikatakan sembuh ketika sudah dibolehkan pulang ke rumah.

Biasanya kondisi stroke akan memunculkan gejala sisa yang seringkali menimbulkan kecacatan. Dengan demikian, kata Silda, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan ketika pasien sudah dibolehkan untuk pulang ke rumah. Di sisi lain, pihak keluarga juga siap dengan perubahan kondisi akibat dari kondisi pasien seperti terganggunya ekonomi keluarga.

Baca juga: Dokter ingatkan pentingnya 3T dalam penanganan pertama pada stroke

Baca juga: Deteksi dini kunci utama pencegahan stroke


“Kalau pasien stroke, dari rumah sakit pun sudah kami persiapkan sedemikian rupa. Melibatkan multi-disiplin, tidak hanya dari perawatan tapi ada terapi wicara, sesuai dengan gejala sisa yang ada pada pasien,” kata Silda.

Dia mengingatkan bahwa kondisi stroke membutuhkan jangka waktu perawatan yang lama ketika di rumah. Oleh sebab itu, dibutuhkan lingkar support system yang dibangun pihak keluarga dengan berdiskusi bersama tenaga kesehatan sebelum pasien dibolehkan pulang ke rumah.

Perawatan yang benar selama pasien berada di rumah penting untuk dilakukan pihak keluarga, terutama untuk mencegah kejadian stroke berulang atau komplikasi lain.

Menurut Silda, keluarga juga harus mengenali faktor risiko pada pasien terlebih dahulu sehingga perawatan dapat dilakukan dengan mengendalikan faktor risiko tersebut. Faktor risiko yang sering terjadi pada pasien biasanya diabetes, hipertensi, dan kolesterol.

“Tentunya faktor risiko ini harus di-maintenance. Kalau memang sudah pernah kena stroke, biasanya pasien ini harus minum obat yang teratur, kemudian harus di-maintenance seperti harus cek tensi setiap hari. Kami sarankan pasien untuk punya alat tensi di rumah sehingga punya grafik tensi hariannya itu berapa,” katanya.

“Kalau faktor risikonya kolesterol atau gula darah, tentunya kolesterol dan gula darahnya juga harus dijaga dengan cek faktor risiko tersebut secara rutin. Dan harus kontrol dan minum obat teratur, itu kuncinya,” ujar Silda lagi.*

Baca juga: Dokter: Angka kematian stroke bisa turun jika pasien cepat tertangani

Baca juga: Kemenkes: Terapkan pola hidup sehat untuk cegah stroke

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022