Jakarta (ANTARA) - Pakar kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan Hari Jantung Sedunia yang diperingati setiap tanggal 29 September menjadi pengingat mengenai pentingnya deteksi dini untuk mengetahui lebih awal kemungkinan adanya gangguan jantung.

"Peringatan Hari Jantung Sedunia tentunya akan jadi momentum penting untuk pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah, yang merupakan masalah kesehatan amat penting di Indonesia. Salah satunya terkait pentingnya deteksi dini," kata Tjandra Yoga Aditama dikonfirmasi dari Jakarta, Kamis.

Direktur Pascasarjana Universitas YARSI itu menambahkan deteksi dini atau skrining penyakit jantung sangat dianjurkan pada orang-orang usia di atas 40 tahun dan juga pada kelompok risiko tinggi, misalnya pada mereka yang memiliki hipertensi atau diabetes.

Baca juga: Akademisi: Masyarakat perlu jaga kesehatan jantung sejak dini

"Masyarakat, terutama mereka yang merupakan kelompok risiko tinggi, perlu memeriksakan diri secara teratur, sehingga kalau ada perubahan dapat segera dideteksi," katanya.

Guru Besar Fakultas Kedokteran UI itu menambahkan, momentum peringatan Hari Jantung Sedunia juga perlu dimanfaatkan untuk melakukan sejumlah langkah strategis terkait pengendalian penyakit jantung.

"Momentum ini perlu digunakan untuk sedikitnya tiga hal. Pertama mengingatkan dan meningkatkan pola hidup sehat untuk menjaga jantung tetap sehat seperti olahraga teratur atau beraktivitas fisik, tidak merokok, mengelola stres dan lain sebagainya," katanya.

Baca juga: Ahli: Minum dua-tiga cangkir kopi sehari tingkatkan kesehatan jantung

Kedua, masyarakat perlu diingatkan untuk secara berkala melakukan pemeriksaan gula darah, kolesterol dan tekanan darah, serta pemeriksaan penunjang lainnya untuk memastikan kondisi kesehatannya.

Ketiga, momentum Hari Jantung Sedunia juga perlu dimanfaatkan untuk makin meningkatkan ketahanan kesehatan dan kemampuan dalam mendeteksi dan mengobati berbagai penyakit jantung.

Baca juga: Dokter: Tangani penyakit jantung dengan pelajari bantuan hidup dasar

"Sosialisasi dan edukasi bagi masyarakat, mengenai upaya mencegah penyakit jantung dengan menerapkan gaya hidup sehat dan melakukan kontrol kesehatan harus terus dilakukan melalui puskesmas, posyandu dan lainnya," katanya.

Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK Agus Suprapto mengatakan pemerintah pada saat ini terus meningkatkan edukasi dan sosialisasi mengenai Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) sebagai salah satu strategi pengendalian penyakit tidak menular.

Germas meliputi tujuh langkah atau tujuh pilar, yakni melakukan aktivitas fisik, makan buah dan sayur, tidak merokok, tidak mengonsumsi minuman beralkohol, melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, menjaga kebersihan lingkungan, dan menggunakan jamban.

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2022