“Ini menggunakan bahan-bahan alami dalam proses pembuatannya. Pemilihan batik tulis hasil kolaborasi Asia Pacific Rayon (APR) dengan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Kristen Maranatha Bandung sebagai suvenir TWG G20 merupakan pilihan yang tepat,” ujar Menparekraf Sandiaga Uno dalam keterangan resmi, Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan salah satu pilar yang diusung dalam kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 adalah keberlanjutan lingkungan. Karena itu Batik Lasem dipilih menimbang proses pembuatannya yang mengedepankan ekonomi hijau.
Baca juga: Menparekraf: G20 dorong kerjasama wujudkan pariwisata tangguh
"Semoga ini juga bisa membangkitkan ekonomi dan membuka lapangan kerja," ungkap Menparekraf Sandiaga Uno.
Pada kesempatan yang sama Direktur Industri Kreatif Fesyen, Desain, dan Kuliner Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Yuke Sri Rahayu mengungkapkan pemilihan syal batik Lasem sebagai suvenir TWG sangat sesuai dengan tema yang diusung TWG dalam hal penguatan komunitas dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Ketua Bidang Promosi dan Humas Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Nur Asia Uno menambahkan bahwa proses pembuatan Batik Lasem tidak mudah dan memakan waktu, sehingga batik yang memadukan motif Jawa dan Tionghoa itu bernilai ekonomis dengan seni yang tinggi.
"Saya sangat mendukung scarf (syal) batik Lasem ini diberikan sebagai suvenir pada para istri dan suami para menteri pariwisata (peserta TWG) G20. Mudah-mudahan mereka suka dan ikut mempromosikan Batik Lasem supaya bisa mendunia," ucap Nur Asia.
Baca juga: Hari HPN, Bandara Adi Soemarmo bagi-bagi syal batik kepada penumpang
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
