Sydney (ANTARA) - Saham-saham Asia naik pada akhir perdagangan Jumat, didukung oleh mundurnya dolar dan harapan stimulus dari Beijing, sementara pasar mencerna komentar hawkish dari kepala Federal Reserve AS dan Bank Sentral Eropa (ECB) tentang jalur kenaikan suku bunga ke depan.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang terangkat 1,4 persen, namun menuju penurunan kecil 0,2 persen untuk minggu ini. Kenaikan saham Asia didorong oleh lonjakan 2,8 persen pada penutupan indeks Hang Seng Hong Kong dan kenaikan 1,4 persen indeks CSI 300 saham unggulan China.

Harga konsumen dan produsen China naik lebih kecil dari yang diperkirakan pada Agustus, data menunjukkan pada Jumat, memicu harapan untuk lebih banyak stimulus dari Beijing karena ekonomi goyah.

Sementara itu, indeks Nikkei 225 Jepang berakhir menguat 0,5 persen, indeks S&P/ASx 200 Australia ditutup naik 0,7 persen, dan indeks KOSPI Korea Selatan bertambah 0,3 persen.

Optimisme yang hati-hati akan berlanjut di pasar Eropa, dengan Euro Stoxx 50 berjangka di seluruh wilayah bertahan naik 0,3 persen, DAX berjangka Jerman naik 0,2 persen dan FTSE berjangka 0,4 persen lebih tinggi.

Indeks utama Wall Street membukukan kenaikan moderat setelah aksi jual besar-besaran di awal pekan. S&P 500 berjangka naik 0,5 persen dan Nasdaq berjangka naik 0,7 persen, sebagai tanda peningkatan selera risiko karena pasar stabil.

Ketua Fed Jerome Powell mengatakan pada Kamis (8/9/2022) bahwa bank "berkomitmen kuat" untuk mengendalikan inflasi, tetapi berharap dapat melakukan ini tanpa "biaya sosial yang sangat tinggi" yang terlibat dalam pertarungan inflasi di masa lalu.

"Masih banyak pengetatan yang akan datang, tapi saya kira The Fed semakin dekat ke puncak, jadi kita mungkin akan melihat beberapa pelonggaran dalam laju kenaikan, jika tidak dalam pertemuan bulan ini, mungkin di pertemuan berikutnya," kata Shane Oliver, kepala strategi investasi dan kepala ekonom di AMP Capital.

"Pasar berada di antara zona di mana suku bunga naik tetapi kondisi ekonomi masih baik-baik saja. Itu bisa berubah jika kita tergelincir ke dalam resesi dan kemudian pasar saham akan mengalami kehancuran lagi."

Suku bunga berjangka AS telah memperkirakan peluang 84 persen The Fed akan menaikkan suku bunga 75 basis poin lagi pada pertemuan bulan ini, yang akan meningkatkan suku bunga dana Fed ke kisaran 3,0 persen-3,25 persen. Itu naik dari probabilitas 77 persen sehari sebelumnya.

ECB menaikkan suku dengan rekor 75 basis poin dan mengisyaratkan kenaikan lebih lanjut untuk melawan inflasi, bahkan ketika ekonomi blok itu menuju kemungkinan resesi musim dingin.

Itu mengirim imbal hasil obligasi pemerintah zona euro melonjak dan mendukung euro. Imbal hasil obligasi dua tahun Jerman naik ke level tertinggi sejak 2011. Euro naik 0,7 persen menjadi 1,0069 dolar, tetap di atas paritas dengan mata uang AS.

Dolar tersandung 0,6 persen terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya.

Namun, untuk minggu ini, dolar telah melonjak 2,0 persen terhadap yen yang sensitif terhadap suku bunga. Mata uang Jepang telah menjadi korban dari sikap moneter dovish bank sentral Jepang, berbeda dengan kenaikan suku bunga di tempat lain.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS sebagian besar stabil setelah naik di sesi sebelumnya. Imbal hasil acuan pada obligasi pemerintah AS 10-tahun berdiri di 3,2982 persen, dibandingkan dengan penutupan sebelumnya 3,2920 persen.

Harga minyak naik, dengan minyak mentah AS menguat 0,6 persen menjadi diperdagangkan di 84,11 dolar AS per barel, sementara minyak mentah Brent meningkat 0,9 persen menjadi diperdagangkan di 89,95 dolar AS per barel.

Pemimpin baru Inggris, Liz Truss, pada Kamis (8/9/2022) mengumumkan batas atas melonjaknya tagihan energi konsumen selama dua tahun untuk meredam guncangan ekonomi akibat perang di Ukraina.

Emas sedikit lebih tinggi. Emas di pasar spot diperdagangkan pada 1.721,35 dolar AS per ounce.

Baca juga: Wall Street ditutup naik, setelah Ketua Fed janji terus lawan inflasi
Baca juga: Harga minyak didukung ancaman pasokan, tapi menuju penurunan mingguan
Baca juga: Dolar melemah di Asia, euro menguat setelah ECB naikkan suku bunga

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022