Jakarta (ANTARA) - Di sebuah pabrik kertas terkemuka di Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan, lini produksi sedang beroperasi maksimal karena pesanan dari negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) melonjak tahun ini.

"Hampir 90 peti kemas berisi kardus putih produksi pabrik ini dikirim setiap hari melalui Pelabuhan Qinzhou ke pasar-pasar ASEAN dan jumlahnya pun terus meningkat," tutur Zhou Ju, Direktur Departemen Logistik di Guangxi Jingui Pulp & Paper Co., Ltd. yang merupakan milik perusahaan Indonesia Asia Pulp & Paper Sinar Mas.

Sejak Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) mulai diberlakukan pada Januari, biaya perdagangan semakin dipangkas di antara negara-negara anggota dan perusahaan-perusahaan terkait pun telah menikmati manfaatnya.

Data bea cukai menunjukkan bahwa pada paruh pertama tahun ini, perdagangan China dengan negara-negara ASEAN mencapai 2,95 triliun yuan (1 yuan = Rp2.208), naik 10,6 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Zhou mengatakan bahwa bahan mentah seperti serpihan kayu (wood chip), bubur kayu, dan pati yang diimpor dari negara-negara ASEAN kini mendapatkan tarif istimewa berkat perjanjian RCEP, dan tarif tersebut sangat menghemat biaya yang dikeluarkan perusahaan.

Perusahaan Indonesia itu juga mendirikan cabangnya pada Januari di Nanning, ibu kota Guangxi, untuk mengelola urusan kehutanan grup tersebut di China, Laos, dan Kamboja, serta berupaya memperluas rantai industri seiring perusahaan itu mengincar potensi kerja sama ekonomi yang sangat besar di antara China dan negara-negara ASEAN.
 
   Kalangan perusahaan meyakini bahwa implementasi RCEP membuat perusahaan-perusahaan ASEAN dan China dapat melaksanakan bisnis dalam lingkungan yang lebih transparan dan jelas.


Kalangan perusahaan meyakini bahwa implementasi RCEP membuat perusahaan-perusahaan ASEAN dan China dapat melaksanakan bisnis dalam lingkungan yang lebih transparan dan jelas, menyederhanakan prosedur perizinan bea cukai, serta memfasilitasi pertukaran ekonomi dan perdagangan.

"Implementasi RCEP telah mendatangkan manfaat nyata bagi perusahaan kami maupun perusahaan-perusahaan mitra kami di Malaysia," tutur Li Huihuan, Wakil Manajer Umum Guangxi Free Trade Zone Sing Nest International Trading Co., Ltd., sebuah perusahaan produksi dan pemrosesan makanan sehat di Guangxi yang didanai pengusaha Singapura. Perusahaan tersebut mengimpor bahan-bahan mentah seperti sarang burung yang dapat dimakan dari Malaysia.

Li mengimbuhkan bahwa berkat penyederhanaan perizinan bea cukai oleh RCEP, efisiensi produksi dan operasi perusahaan meningkat pesat. "Rentang waktu mulai dari pemesanan bahan mentah di Malaysia hingga penerimaan barang dipangkas dari 15 hari menjadi lima hari, yang banyak menekan biaya pergudangan kami," ujar Li.

Bagi perusahaan-perusahaan China di Guangxi, RCEP juga mendongkrak keyakinan mereka untuk memperdalam kerja sama dengan negara-negara ASEAN. Liugong Machinery Co., Ltd. mengirimkan banyak mesin loader ke Thailand pada Januari serta menandatangani sebuah perjanjian usaha patungan dengan distributor Thailand Yontrakarn pada Februari.

Zeng Guang'an, Chairman sekaligus CEO perusahaan tersebut, mengatakan bahwa kedua pihak telah bekerja sama selama 11 tahun, dan mereka ingin melayani klien Thailand secara lebih baik lagi melalui usaha patungan ini.

Terhubung dengan negara-negara ASEAN melalui darat dan laut, Guangxi menjadi jendela penting bagi pertukaran dan kerja sama antara China dan anggota-anggota RCEP. Total 12 rute kargo udara telah dibuka antara Guangxi dan negara-negara ASEAN, yang mencakup hampir seluruh negara utama ASEAN. 

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022