weight faltering adalah pertumbuhan yang tidak adekuat atau ketidakmampuan untuk mempertahankan pertumbuhan.
Jakarta (ANTARA) - Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan dr. Erna Mulati mengatakan masih banyak kader dan petugas kesehatan yang tidak memahami gejala awal masalah gizi pada balita.

"Hal yang jadi masalah adalah baik kader maupun petugas kesehatan itu tidak memahami terkait dengan weight faltering ini," kata Erna dalam webinar bertajuk "Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Bagi Balita Sebagai Upaya Pencegahan Stunting di Indonesia" yang diikuti di Jakarta, Selasa.

Erna mengatakan weight faltering adalah pertumbuhan yang tidak adekuat atau ketidakmampuan untuk mempertahankan pertumbuhan.

Pihaknya menambahkan kondisi tersebut merupakan tanda awal kekurangan gizi.

"Itu adalah tanda awal kekurangan gizi dan harus dicari penyebabnya dan di-tatalaksana segera," katanya.

Dia menjelaskan penyebab utama terjadinya weight faltering adalah kurangnya asupan ASI.

"Dari studi di 54 negara, weight faltering itu sudah terjadi pada saat anak berusia sekitar tiga sampai empat bulan yang dikarenakan kemungkinan besar asupan ASI-nya tidak adekuat," katanya.

Selain itu kasus serupa dapat terjadi pada balita yang lebih dewasa akibat tidak mendapatkan MPASI yang adekuat.

Oleh karena itu Erna meminta kepada semua pihak agar memeriksakan balita yang mengalami gejala weight faltering ke puskesmas.

"Hal yang harus disadari oleh semua, baik orang tua, kader dan juga tenaga kesehatan adalah bagaimana agar weight faltering ini ditemukan sedini mungkin dan dilakukan rujukan ke puskesmas," katanya.

Dia menambahkan posyandu bisa berperan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, namun untuk penanganan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan di puskesmas.
Baca juga: Prevalensi balita dengan gizi kurang dan anak kurus menurun
Baca juga: Dinkes Bogor catat 51.370 balita alami masalah gizi
Baca juga: Penanganan stunting di Papua terkendala keterbatasan kader dan sinyal

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022